Wednesday, February 16, 2011

True Friend, True Love, chapter 2

Chapter 2, BayVille..

Sebulan kemudian..

“Sampai nanti, papa!”, kata seorang gadis berambut panjang terurai sambil berlari menuju gedung sekolah.

Hmm.. Nggak terasa sudah sebulan Tricia bersekolah di sini. Sebulan pula dia sudah nggak ketemu Derrick. Ahh, Tricia udah mulai terbiasa nggak mendengar suaranya tiap pagi di jalan menuju sekolah.. Atau decit sepatunya saat menaiki tangga ke rumah pohon..
Namun ia masih mendengar suaranya tiap malam di telepon. Mereka mengobrolkan banyak hal. Kadang soal pelajaran juga. Walau begitu, nggak bisa dipungkiri, Tricia kangen sama Derrick.

"Hey, Triz!" Sapa Valen riang. Valen gadis yang pintar, dan 1 kelas dengan Tricia. Dia sudah datang dari tadi, dan kebetulan melihatnya.
"Lagi mikirin apaan sih?
Sedih amat? Ayo cepet masuk ke kelas! Teman-teman lagi pada nyanyi tuh, lagu karangan sendiri." Valen meneruskan dengan ceria.
Aku mengangguk dan tersenyum, untuk sementara kenangan akan Oceanica tersimpan rapat lagi.

Benar saja, suasana di kelas riuh rendah. Semua berdiri, atau duduk di meja. Menari, atau menyanyi. Bermain gitar, menepuk meja atau gentong bekas air mineral. Kelas Tricia memang bisa dibilang kelas unggulan, namun mereka sama nakal dan ramainya dengan kelas lain. Hihihi, mau tak mau Tricia tertawa geli dan ikut memeriahkan suasana.

Selain Valen, ada Rico, Peter, Jason, dan Annie yang menjadi teman-teman Tricia di BayVille Junior High. Mereka memang tidak semua sekelas dengan Tricia, namun mereka sudah dekat, selayaknya sahabat lama.

KKKRRRIIINNGG
Bel berbunyi..
Tanda pelajaran dimulai. Beberapa anak dari kelas lain berhamburan keluar dan murid-murid kelas Tricia yang masih ada di luar berlarian masuk. Guru demi guru masuk menyampaikan pelajaran demi pelajaran.

Sore itu, Tricia pulang seperti biasa.
Berjalan kaki ke stasiun MRT terdekat sambil merenungkan pelajaran dan, well, Oceanica.

Dia memang nggak dijemput oleh papa atau supirnya, karena rumah mereka di sini dapat ditempuh dengan naik MRT, jadi Tricia dapat pulang kapan saja. Lagipula supir keluarganya adalah sekaligus supir perusahaan, jadi nggak bisa menunggu Tricia setiap saat.

Entah mengapa, kali ini dia melangkahkan kaki lebih cepat. Dia merasa diikuti! Perasaan ini membuatnya agak ngeri.

Sedikit takut,dia lalu masuk ke kafe kecil langganannya selama di BayVille.
Ia segera memesan sepotong Cheese Cake dan secangkir cokelat hangat yang menjadi andalan kafe itu. Ya, café itu memang franchise dari café di Oceanica.

Setelah menghabiskan cheese cake yang dipesannya, Tricia beranjak ke meja kasir, membayar lalu keluar dari kafe itu. Kali ini dia sudah lebih tenang. Bisa dibilang Tricia sudah lupa kenapa dia masuk ke café.

Tiba-tiba saja, Tricia dikejutkan oleh teman-teman sekelasnya dan beberapa teman lain. Mereka membawa sebuah spanduk besar bertuliskan 'HAPPY BIRTHDAY!!' dan kue tart.

Ah, Benar! Ini hari ulang tahun Tricia. Bagaimana ia bisa lupa?


Untunglah teman-temannya itu cukup baik hati dengan nggak memandikan Tricia tepung atau telur. Mereka berkumpul sebentar di taman dekat kafe itu, mengucapkan selamat buat Tricia dan Tricia membuka kado dari mereka.

Dia dapet banyak surat dan boneka, dan hadiah-hadiah lain.
Mereka lalu menyanyikan lagu ulang tahun buat Tricia. Dia terharu dan berterimakasih pada semuanya.

Setelah selesai, mereka pulang ke rumah masing-masing.
Valen dan Rico mengantar Tricia pulang.
Well, bisa ditebak, mereka adalah kakak adik. Tepatnya: saudara kembar. Bisa ngebayangin? Mereka kompak banget, punya banyak kesukaan yang sama, walaupun bukan berarti mereka akur-akur terus. Alias nggak pernah akur! Tapi itu namanya saudara kan?
Sampai di rumah Tricia, mereka langsung pamit pulang.


Papa dan mama Tricia ternyata udah nunggu di rumah. Tricia dihadiahi sebuah laptop dengan case berwarna ungu muda.
"Terimakasih ma.. Terimakasih pa!" Kata Tricia begitu melihat hadiahnya sambil memeluk papa mamanya. Mereka tersenyum lalu membiarkan Tricia mempelajari laptop barunya itu..

Tepatnya MacBook. Udah ada beberapa aplikasi yang terpasang di dalamnya. Tricia langsung asi melihat-lihat.

Tiba-tiba..

"Apa kau menyukainya? Selamat ulang tahun adikku sayang."
suara itu..
Bukan suara ayahnya..
Mata itu menatap mata Tricia sembari tersenyum lebar.
"Kakak!!" Tricia menjerit dan langsung memeluk Derrick.
Untungnya, papa mama mereka lagi berbincang di luar, jadi mereka nggak dengar jeritan Tricia tadi.

"Kakak datang! Kemaren katanya kita nggak bisa bareng waktu aku ulang tahu, Kak." Kata Tricia setelah berhasil menguasai kegembiraannya dan menyadari tindakannya.
"Yee.. Kemaren kan kakak bilangnya belum tentu bisa, bukan nggak bisa.. Hehe..” Kata Derrick sambil mengacak-acak rambut sahabatnya.

Ahh, akhirnya..

Senyuman yang menyenangkan itu akhirnya bisa aku lihat lagi, secara nyata, bukan Cuma foto..

Batin Tricia.

Mereka lalu berbincang-bincang di kamar Tricia beberapa lama.

Melepaskan kangen 1 bulan ini.

“Kakak kapan sampe di BayVille?” tanya Tricia. “Baru 2 jam yang lalu. Kenapa?” Derrick balas bertanya.

“Kakak nggak sekolah? Ini kan hari sekolah.” Tricia sedikit penasaran.

Bukannya menjawab, Derrick malah tertawa. Melihat wajah Tricia yang semakin bingung, ia tersenyum lebar.

“sahabat n adikku yang ulang tahun kayaknya lebih penting daripada ke sekolah waktu libur.” “Libur?” ulang Tricia semakin bingung. “Oh iya!” Tricia menepuk kepalanya. Tanggal ulang tahunnya memang bertepatan dengan hari libur nasional Oceanica, maka itu Derrick bisa ke BayVille.

Derrick dan orangtuanya akan menginap di rumah keluarga Alfonso. Dia akan tinggal beberapa hari sebelum pulang ke Oceanica hari Minggu besok.

Karena BayVille Junior High tidak masuk sekolah di hari Sabtu, Tricia mengajaknya berkeliling BayVille. Tapi sebelumnya Derrick memberi Tricia sebuah jaket sebagai hadiah kedua. Jaket yang lembut dan berwarna persis seperti kantung ponsel yang didapatnya bulan lalu. Tentu saja dengan tulisan namanya dalam sulaman perak di saku jaket itu.

“Selama di sini.. Kamu udah punya banyak teman, Triz?” tanya Derrick tiba-tiba saat mereka sedang duduk-duduk di taman.

“Mmm. Tentu saja. Memang nggak sebanyak yang di Oceanica, tapi mereka cukup menyenangkan.” Kata Tricia terringat pada teman-temannya yang baik.

Derrick hanya mengangguk.

“Hey, Triz!” sapa sebuah suara. “Annie? Wah, sebuah kejutan bisa bertemu denganmu di sini! Kamu sendirian?” kata Tricia sedikit terkejut. Sebenarnya lebih ke arah khawatir. “Siapa dia?” tanya Annie melirik pada Derrick. “Eh, dia.. Mmm..” Tricia tak bisa berkata apa-apa.

“Aku Derrick, sahabat Tricia dari Oceanica.” Kata Derrick mantap mengulurkan tangannya pada Annie. “Aku Annie.” Balas Annie tersenyum.

“Baiklah, aku pergi dulu, aku nggak mau mengganggu akhir pekan kalian.” Kata Annie tersenyum penuh arti dan mengedipkan sebelah matanya.

Apa yang ia pikirkan??

Derrick hanya tersenyum bingung sambil menatap Tricia. Tricia hanya mengangkat bahu, lalu mereka tertawa.


Mereka pergi ke berbagai tempat yang menyenangkan lain hari itu. Kafe, mall, dan ice skating rink. Tricia dan Derrick sama-sama hebat dalam bermain ice skating, walau jarang bermainnya. Mereka lalu memutuskan untuk bermain kejar-kejaran di es yang ternyata sangat seru.

Saat mulai lelah, musik waltz mulai terdengar. Awalnya mereka hanya berjalan mengelilingi arena perlahan, namun melihat 2 pasangan yang sepertinya sahabat seperti mereka, berdansa waltz adalah pilihan yang bisa dicoba.

Mereka berdansa dan berdansa, menikmati dinginnya ice skating rink itu. Tertawa-tawa saat hampir jatuh dan beberapa gerakan kaku karena tidak terbiasa berdansa di es.

Setelah benar-benar lelah, mereka mengakhiri acara ice skating. Hari juga semakin malam. Merekapun pulang ke rumah. Orang tua mereka sepertinya belum akan pulang dalam waktu dekat, jadi Tricia meminta pembantunya memasak untuk makan malam mereka.Dilanjutkan dengan menonton sebuah film lucu bersama sambil memasak popcorn caramel. Derrick ahli soal hal ini. Setelah 2 film, mereka belajar bareng. Walaupun libur atau akhir pekan, nggak ada alasan buat nggak belajar kan?

Pukul 9 malam orang tua mereka pulang, mereka semua lalu istirahat, namun nggak langsung tidur. Tricia masuk ke kamarnya dan Derrick masuk ke kamar tamu yang disediakan. Karena sama-sama belum tidur, Derrick meng-sms Tricia. Sambil menyelimuti dirinya dengan sehelai selimut ungu yang lembut dan hangat, Tricia tertawa-tawa membaca sms nya Derrick yang lucu, dan karena sebenarnya mereka berjarak hanya 1 ruangan! Tapi mereka sama-sama nggak keluar karena udah capek banget.

Akhirnya, 1,5 jam kemudian Tricia baru bisa benar-benar rtidur. Namun tak lama setelah dia bisa tidur pulas, pintu kamarnya berdecit dan cahaya ruang keluarga masuk ke kamarnya yang sudah redup. Tricia jadi terbangun lagi. Ternyata itu Derrick. Ia hanya ingin memastikan Tricia nggak apa-apa karena nggak membalas sms’nya cukup lama, sekaligus mengucapkan selamat malam. Ia minta maaf udah mengganggu Tricia, namun sebenarnya Tricia nggak merasa terganggu – sama sekali tidak! – Tricia malah senang Derrick mempedulikannya. Tricia juga menyuruhnya kembali ke kamarnya dan tidur karena hari itu mereka sudah melakukan berbagai aktivitas yang membuat capek mereka berdua dari ujung kepala sampai ujung kaki. Akhirnya, Derrick kembali ke kamarnya dan mereka segera tidur.

Hari minggu sore, Derrick kembali ke Oceanica. Tricia lebih siap berpisah dengannya kali ini, karena Tricia tahu Derrick akan mengunjunginya lagi lain kali.

Begitu Tricia pulang, ia seakan terfokus penuh pada hal-hal di BayVille. Pelajaran, teman-temannya, dan lain-lain. Bukannya Tricia nggak ingat lagi sama Oceanica, atau nggak pengen ingat, namun Tricia sudah lebih fokus pada kenyataan, bukan kenangan, dan itu hal yang menyenangkan bukan?

0 comments:

Post a Comment