Friday, December 14, 2012

Is it a Cliché

harapanku sih ini bukan klise,
apa yang aku lakukan..

berdoa buat kamu setiap hari,
kamu sama dia..

biar kalian langgeng..
biar kalian rukun terus..

i hope this is not a cliché,
this thing I'm doing every day..

dan, tentu saja,
aku melakukan ini dari dalam hatiku..

walaupun sesungguhnya,
ada bagian kecil dari hatiku menginginkan sesuatu yang agak berbeda dari doa ini..

-*^^*-

Tuesday, December 11, 2012

Colors.and.Promises

You promised me to give me that thing if yours you are working on.. I'm waiting :)
It might take a little bit of time, and it's cool, I can totally understand it..
But again,
I'm waiting :)


You promised to take me on that date..
I'm not waiting anymore..
Coz I know you've had another date,
But I just wan to remind you,
You promised.. :')


You promised to call me the other day..
Okay, that might not be a promise..
You were just saying..
But hey, a friendly call will really make my day! :)




After all these days,
These people and their promises still linger in my mind..
Creating tons of different, weird, uncanny, random colors in my head..


-*^^*-



Monday, December 10, 2012

Am I a PLAYGIRL??

Shoot.
I must've sounded like a playgirl.

Hahaaa ohh myyy :p:p:p

Well,
Just so you know..
These posts here in this blog (which are mostlyfor boys) is not written as a love letter..

More like a friendly note :):)
*haha:D it may not seems like one, but trust me, it's a friendly note!*

And why do i write it here?
Why don't i write for my girl friends?

well,
I will say what i feel directly to my girl friends *directly with a lil' help of twitter and cellphone :p*

and i lost contact with some of these boy friends of mine..
So i write my letters to them here!

If it seems like a 'galau' poem..
It's not.
:)
It's my wild imagination running wild...

....

...

Most of the time.

Haha!

-*^^*-

SPEECHLESS

Udah berapa lama ya sejak semua itu mulai dan akhirnya selesai?
I think it has been more than 3 years..

..
Wow..
..

Nggak kerasa banget banget banget..


And it's funny,
Karena meskipun udah lebih dari 3 tahun,
I can still remember most of our conversations :')
What we used to do together..
And silly stuffs like that..

How are you?
I miss you..

-*^^*-

Saturday, December 8, 2012

Can i just have 1 more moondance with you?

Udah lamaa banget yaa nggak ketemu..
kamu ke mana aja?
adek-adekmu keliatan terus tuh..
kamunya aja yang ngilang..

kita juga udah lama banget nggak sms-an ya..
tadi malem aku mimpi kamu lho,
finally kamu sms..

kamu lagi ngapain?
jangan sibuk-sibuk, jaga kesehatan ya..
hati-hati kalo di jalan..

and i hope someday we'll have our moments together,
and we'll have one more moondance together :D

-*^^*-

MeetinG

Aku menangisi pertemuan kita..

Kita bertemu setiap hari,
Entah dari ucapan yang mirip, tempat yang berkesan, foto yang nyaris sama..

Aku menangisi betapa banyaknya aku berjumpa denganmu,
Membuatmu selalu ada di sisi pikiranku..

Tapi betapa aku tidak pernah berada di pikiranmu, hatimu..
Kamu jarang bertemu aku..

Aku bermimpi suatu hari kamu akan jadi seorang pria gagah,
Pangeran yang datang menjemput seorang gadis biasa, aku..
Membawa seikat mawar putih, mengajakku ke istana..

Tapi pangeran sebenarnya ditakdirkan untuk selalu berada di kerajaan,
Menunggu seorang putri dengan bouquet bunganya di depan altar..


Aku bermimpi suatu hari kita akan tertawa bersama,
Menertawakan hidup yang lucu, menarik ukur hubungan kita..
Tapi mimpi hanyalah mimpi..


Aku menangisi pertemuan kita..

Aku berharap pertemuan kita adalah nyata..

Dan aku diam-diam berharap, berdoa, bertanya-tanya apakah,
Kamu bertemu denganku sesering aku bertemu denganmu..

-*^^*-

Friday, December 7, 2012

HP

Hey..
Kamu apa kabar?

Beberapa hari ini aku ingat terus tentang kamu..
Mimpi-mimpi tentang kamu,
Kata-kata kamu..

Kapan ya kita bisa ngobrol lagi?


-*^^*-

Fall too deep

Aku minta maaf..

Aku baru sadar...

Ternyata,
Kita nggak bisa berteman..

Karena aku jatuh terlalu dalam..

-*^^*-

Tuesday, December 4, 2012

Let me Go

I was thinking crazy thought..
:p:p
Feel like flying to an imaginary land where i can forever fantasize and write and read  and dance and have fun munchin' on some cookies and cakes :p

"Let Me Go"

What if i want to say goodbye?
What if i want to fly away,
 And never to return again?

Please, 
Let my wings open up,
Let my feet go,
For I want to soar up high..

To that place where only happiness exist, and nothing else..
Where I can transform to my true form..

So, love,
don't force me to stay..
Don't beg me not to leave..
Don't ask me to say, 'See you soon'


This seperation may last for quite sometimes,
But it is not permanent.

We shall see each other again..
And next time,
Everything is a thousand times better than this time,
I promise..

But for now, dear,
let me fly..

Let me go..

-*^^*-

Nope, No idea

Hari ini namamu disebut..
Aku jadi inget kamu..

Oke, bukan "namamu" secara exact..
Tapi nama yang aku punya untukmu..

Tapi ternyata itu aja sudah cukup buat bikin aku blushing like crazy :)
Which I haven't done for quite sometimes :)

Tapi, aku nggak kangen kamu kaya dulu..

Rasanya aneh banget, and I don't know if this is good or bad..
But I miss missing you :')

Tapi anyway,
Gini lebih baik ya :D

Is this what people call "Move On" ?

I have no idea..

-*^^*-

Saturday, December 1, 2012

GaJe :')

Lama-lama kangen juga ya..

waktu SMP dulu,
bisa punya temen-temen yang deket..
dan hmmmm SEDIKIT lebih dari deket *sahabatan :D:D*
dan bisa nyatu banget,
baik dengan kelompok maupun individu tertentu..

dan sekarang,
sejak di SMA semua bener-bener berubah..


walaupun tetep enjoyable banget,
malah bisa dibilang enakan gini sih..

kadang juga ada rasa kangen..

kangen merindukan seseorang..
kangen rasanya dirindukan..

:')

-*^^*-

Friday, November 16, 2012

DreamPrince

Aku sudah nggak menghitung lagi berapa kali kamu mampir ke mimpiku..
Sudah tidak ada gunanya lagi, kan?

Berapa kalipun kamu datang ke mimpiku,
kamu tidak akan pernah datang padaku..

Sahabat

Hey :)
Apa kabar?
Tahu nggak,
Malam ini aku inget kamu..

Hari ini ada basket,
Kamu nonton?
Inget nggak, tahun lalu kita ketemu waktu basket?
and i danced around the room when the night ends..

Dia gimana kabarnya?
Aku memang nggak begitu kenal dia,
Tapi salam buat dia ya :)
I'm sure she's going to take a good care of you..


I know,
Seharusnya surat ini nggak perlu ada..
Tapi..
:')


-*^^*-

Saturday, November 10, 2012

Jupiter

Sepertinya hari ini tepat satu tahun dari malam itu..
Dan ketika aku sadar, aku begitu tercengang..
Udara terasa jauh, dan aku menelan ludah berat..

Aku ingat di mana hari itu aku datang ke sebuah tempat,
Dan aku ingat seorang teman..
Lucu, hari ini mengingat tempat itu berarti mengingat kamu..

Percakapan kita masih kusimpan rapi diingatan..
Bercanda, tanpa ikatan di darat..

Dan sekarang aku berharap percakapan itu tidak perlu segar diingatanku,
Tapi bisa segar di depan mata..


-*^^*-


Karena aku adalah Jupiter, dan bayanganmu adalah satelit

Friday, November 2, 2012

Cukup :'(

Sudah beberapa minggu,
kamu pergi..
dan kali ini pergi yang beneran pergi..

tapi beberapa minggu aja,
kenapa kamu udah balik lagi?
kenapa kamu kembali membebaniku dengan semua kenangan di sudut pikiran?

apa kamu nggak tahu,
ini semua melelahkan?

Capek,
Setiap hari harus kangen sama kamu,
Tanpa tahu kapan kita bakal bisa ketemu lagi, atau bahkan bicara lagi..

Capek,
Harus menunggu kamu datang,
Padahal aku tahu, kamu nggak akan pernah berangkat..


Aku mau menyayangi kamu,
Tapi udah, stop sampai di situ saja..
Nggak perlu sampe muncul di mimpi segala..
Nggak usah sampai mengganggu kestabilan hati dan pikiran..


Pangeran mimpi,
Please ya?
Udah cukup :'(
Jangan nunggu sampe aku melebur please :(

-*^^*-



No me malinterpreten
Ich liebe dich,
Fino a per sempre, forse
Aber...
 je ne veux pas vous manquer  


Tuesday, October 30, 2012

It's A Roller-Coaster Ride We're On

Aku kehabisan kata-kata..
Memang mungkin ini jalan yang harus ditempuh,
Berbentuk roller-coaster..

Kadang kita berdiri di atas segalanya,
Mengalahkan ketakutan kita,
Memimpin diri kita sendiri untuk bekerja keras,
Mewujudkan mimpi dan angan kita,
Dan semua keinginan kita bisa tercapai..


Rasanya mungkin kita memang lebih sering berada di bagian bawah,
Dan kita tahu rasanya turun itu sangat menegangkan, menguras semua yang kita miliki..

Lalu kita terpuruk,
Kita jatuh dan sulit bangkit,
Kita terpukul tapi tidak punya tenaga untuk belajar dari sana,
Kita remuk dan tidak mampu mengumpulkan kepingan diri lagi..


Tapi kita harus percaya,
Dalam roller-coaster,
Memang selalu ada turun untuk setiap kenaikan,
Namun akan selalu ada naik untuk setiap kejatuhan..

Dan kita tahu bahwa itu semua akan bergabung menjadi satu,
Melebur, menciptakan sebuah perjalanan hidup yang menyenangkan,
Menyisakan cerita-cerita yang menarik dan berhikmat,
Yang bisa kita nikmati setelah kita melihat kebelakang nanti.

-*^^*-

Dan sejujurnya,
Aku ingin mendengar pengalananmu menaiki roller-coaster itu,
Dan aku ingin menceritakan roller-coasterku kepadamu

Monday, October 29, 2012

BasedOnHeart Part 4

Yeye :D
Based On Heart part 4 is here!
Pasti ceritanya gampang tertebak ya :(
Tapi semoga cukup menghibur entah gimanapun caranya :)

Enjoy!

-*^^*-


Aku membalik-balik album ini, untuk kedua kalinya. Mencoba mempelajarinya, mencari tahu siapa diriku sebenarnya melalui album foto di tanganku.

Album ini adalah album outing kantor, dan jelas sekali ini adalah outing yang sangat spesial. Dari foto itu, aku tahu kami pergi ke Paris, Perancis. Pusat food and fashion dunia yang sangat terkenal. Dari foto menara Eiffel, jalanan kota tua, berbagai museum yang menampilkan berbagai lukisan dan patung terkenal, Arc de Triomphe, Château de Versailles alias istana Versailles... Tampil juga deretan toko-toko dan butik dengan merk top! Semua itu menjadi background berbagai orang yang mengikuti outing ini.

Foto-fotoku sendiri terbilang sedikit, aku hanya ikut dalam foto kelompok besar, sebuah foto diriku sendiri di bawah menara Eiffel, dan tiga buah fotoku bersama seorang wanita. Wanita itu katanya adalah sahabatku, Felicia. Kami bersahabat sejak TK, dan menempuh interest yang sama, di dunia fashion. Dan dialah yang menunjukkan foto album ini kepadaku, menjelaskan satu-persatu wajah-wajah yang sama sekali tidak aku kenal, berharap aku mengingat sesuatu.

Felicia sangat baik kepadaku, dengan sabar dia menceritakan sedikit-sedikit kebiasaan-kebiasaanku. Ah, aku jadi merasa sungkan kepadanya. Dia begitu ramah dan sangat akrab kepadaku, dan tahu begitu banyak tentangku, bahkan lebih banyak dari apa yang aku tahu sekarang mengenai diriku sendiri, layaknya seorang sahabat yang sudah lama mengenal. Tapi aku tidak tahu apa-apa tentangnya, seperti seorang yang baru saja berkenalan. Tapi ini awal yang baik, sepertinya, untuk persahabatan kami jika kami harus memulai lagi dari awal.


Aku menelusuri lagi album itu, menelusuri tiap wajahnya, mengulangi nama yang diajarkan Felicia kepadaku. Merapal nama-nama itu seperti semacam mantra, membalik tiap halamannya dengan hati-hati, mengambil sedikit waktu untuk menikmati background yang klasik dan antik. Tapi lalu di foto yang dicetak paling besar, jariku berhenti menelusur dan bibirku berhenti berbicara. Mataku berhenti bergerak, dan degup jantungku terasa sangat keras. Persis seperti waktu itu..

Orang itu,
Ya, pasti dia! Orang yang kemarin kutemui di pesta, jadi dia itu.... Teman sekantorku?
Atau mungkin dia anggota keluarga dari salah satu teman kerjaku?
Lalu kenapa aku sangat tegang saat aku bertemu dengannya kemarin?
Dan, kenapa dia tidak menjengukku waktu di rumah sakit, ya? Apakah kami.. bermusuhan?

Aku benar-benar penasaran. Sakit kepala yang perlahan datang, kali ini tidak mendapat jatah untuk manggung. Aku segera mencari HPku, berusaha mengkontak Felicia.

-*^^*-

Saturday, October 27, 2012

BasedOnHeart Part 3

Hehe,
BasedOnHeart Part 3 :)

Enjoy!

-*^^*-

Aku segera memutar duduku, menghadap meja yang memisahkan kami dengan bartender, mengalihkan pandanganku dari suasana pesta. Dan tepat saat itu bartender datang menyajikan 2 gelas fruit punch. Aku langsung mengambil gelasku dan meminumnya. Habis.

"Susan, jujur deh, kamu nggak nyaman ya? Muka kamu pucet banget. Ya udah, kita pulang ya. Tunggu di sini bentar deh, aku pamit sama temen-temen dulu."

Kali ini aku mengangguk, membiarkannya pergi meninggalkan aku sendiri. Dan bukannya semangat pulang, aku masih ingin tinggal. Kali ini aku penasaran, kenapa tadi aku sempat berubah nggak keruan begitu?

Aku mencoba lagi, kali ini langsung mencari pemandangan yang tadi, berhasil, objek itu belum bergerak banyak, hanya berpindah gaya berdiri dan lawan bicara. Laki-laki itu berbicara dengan senyum, selalu menanggapi dengan sopan, lesung pipit di pipi kirinya selalu tampak, dan di tangan kanannya, dengan lincah dipegangnya sebuah gelas yang seperempat penuh.

Apakah aku pernah bertemu dengannya? Mungkn salah satu yang menjengukku? Rasanya bukan. Aku belum pernah bertemu dengan orang itu. Tapi aku pernah melihatnya sebelum ini. Tapi aku tidak mau mengingatnya, karena sakit kepala itu mulai datang lagi.

Ini mulai jadi sangat menyebalkan, sakit kepala yang datang tiba-tiba ini.
Dan kadang mungkin bisa menimbulkan halusinasi, seperti aku berhalusinasi bahwa dia menengok ke arahku dan raut wajahnya langsung berubah terperanjat?

Tapi tunggu, sepertinya ini bukan ilusi, karena dia lalu memotong pembicaraannya, dan berjalan, yap, tepat ke arah ini. Mungkinkah...
"Kamu nggak papa kan? Maaf kamu harus nunggu agak lama ya? Yuk, mobilnya udah di bawah," tiba-tiba Ethan sudah berada di sampingku lagi. 

Aku tidak bisa bereaksi apa-apa. Kepalaku sekali lagi berputar, mencari sosok misterius tadi, tapi dia hilang. "Susan?" Ethan memanggil, dan aku turun dari kursi tinggi ini. "Emm, iya, yuk turun."

-*^^*-

Friday, October 26, 2012

BasedOnHeart Part 2

Here's the 2nd part of BasedOnHeart :)

Enjoy!

-*^^*-

Akhirnya Ethan menggandeng tanganku, mengajakku ke pusat acara, area di bawah lampu-lampu gantung kristal yang menjadi centerpiece ruangan ini.
Semua orang langsung tersenyum begitu melihat kedatangannya, dan langsung mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Ethan.
"Semua, ini Susan," katanya, memperkenalkanku pada mereka, dan aku mencoba tersenyum, "Hai, selamat malam."
Kami semua bercakap sebentar, lalu Ethan permisi, dan dia menarikku bertemu beberapa orang lainnya.

Sejujurnya,
Ini adalah acara 'outing' pertamaku, semenjak pulang dari rumah sakit minggu lalu.
Karena keadaanku pulih dengan begitu pesat, aku boleh cepat pulang, dan sekarang berpergian. Tapi mungkin acara ini bukan pilihan yang baik. Langsung membawa orang yang hilang ingatan ke tempat seramai ini untuk langsung berkenalan dengan sekian banyak orang. Whoa! Bukankah aku masih belum sepenuhnya yakin akan identitasku sendiri? Aku masih separuh mengenal diriku sendiri..
Dan di sini aku merasa menjadi anak kecil, menatap dunia dengan ketakutan..


"Susan, kamu ngerasa nggak enak? Pusing? Ada yang sakit?" tanya Ethan, mungkin cemas melihatku diam begitu lama. "Nggak, nggak papa kok. Cuma lagi mikir aja.."
"Oh, iya udah. Kamu mau minum? Aku ambilin ya," kata Ethan, mengelus pipiku cepat, lalu pergi.

"Jangan!" Secara reflek aku meraih lengan Ethan, memegangnya kuat-kuat, aku tidak mau ditinggal sendiri. "Aku ikut," kataku, dan dia tersenyum lebar. Senyum senang, bukan sekedar senyum setuju.

Kami berjalan ke meja yang membuatkan minuman. "2 Fruit Punch," kata Ethan pada bartender, dan bartender itu langsung membuatkan pesanan kami. Ethan menarikan kursi untukku, dan aku duduk, lalu dia duduk di sebelahku. Mataku memandang ke sekeliling ruangan, masih merasa tidak nyaman, tapi lumayan bisa beradaptasi.

Dan tiba-tiba mata dan tubuhku berhenti bergerak, terpaku. Nafasku tertahan, tapi kepalaku malah sakit. Seperti dipukul-pukul. Apa yang terjadi?

-*^^*-


Wednesday, October 24, 2012

BasedOnHeart Part 1

Guys :)
Maafkan untuk hal-hal aneh dan nggak jelas beberapa hari ini ya :P
Semoga tetep suka dibacanya sih :)

Ini ada cerita,
Tapi karena idenya belum utuh, I want to make a CerBung with this one..
Ceritanya mungkin tertebak, pasaran, dll..
Who knows?
Tapi semoga bisa dinikmati :)
Sementara judulnya BasedOnHeart

So here goes Based on Heart Part1 :D

-*^^*-


Memasuki ruangan besar itu, aku terkesiap. Aku tidak siap untuk bertemu orang-orang ini, sekarang. Ini memang baru pertama kalinya aku berada di tengah suasana yang begini.
Satu, ada terlalu banyak orang... berjalan... bercakap-cakap... bergerak... makan.... berkenalan... terlalu banyak, terlalu sibuk untuk mata dan otakku.
Dua, mereka semua begitu asing. Aku tidak mengenal satu wajahpun, sedangkan mereka sudah pasti sangat mengenalku.
Aku hanya bisa berusaha menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya pelan, menenangkan diri dari ketakutan kecil yang ada dalam hatiku. Belum berhasil. Kucoba sekali lagi...

"Kenapa, Sayang?" tanya Ethan, bingung melihat tindakanku, mungkin. Aku lalu menggeleng, tanda ragu untuk masuk. Tapi dia malah meraih tanganku dan mengelus punggung tanganku pelan. "Every thing will be alright, Dear," katanya. Aku tersenyum kecil berusaha setuju.

Ethan...
Dia adalah kekasihku, katanya.
Katanya?
Ya, karena aku tidak ingat apa-apa sejak aku bangun 2 minggu yang lalu.


Aku masih mampu mengingat ilmu pasti, tapi tentang kehidupan pribadiku sendiri, memory itu hilang tak berbekas. Dan tidak ada yang tahu, apakah memory itu akan kembali. Aku berharap ingatan itu akan cepat kembali, karena bahkan aku tidak tahu siapa diriku.

Yang bisa aku katakan tentang diriku sendiri adalah, orang-orang memanggilku Susan. Aku berumur 24 tahun, dan aku sebelum aku mengalami kecelakaan, aku bekerja sebagai fashion designer. Jadi seharusnya aku memang terbiasa menghadiri acara-acara seperti malam ini. Seharusnya aku tidak perlu merasa kecil, seperti hari ini. Aku tinggal bersama orang tuaku, dan bukan bersama Ethan.

Dia 3 tahun lebih tua dariku, dan dia adalah direktur dari perusahaan ayahnya, yang membawahi beberapa perusahaan besar lain dalam satu nama. Dia sangat baik, dan banyak membantuku mengenal siapa diriku lagi dalam 2 minggu ini. Tapi seperti malam ini, walaupun dia bisa bersikap sangat gentle dan mesra, aku merasa ada sesuatu yang dingin di antara kami. Sesuatu yang tidak seharusnya ada, walaupun aku hilang ingatan. Sebuah 'klik', yang aku dapatkan ketika aku pertama bertemu ayah-ibuku. Walaupun aku tidak tahu siapa mereka, aku merasa nyaman ada bersama mereka, dan aku punya perasaan bahwa mereka sangat menyayangiku. 'Click' itu tidak muncul saat aku bertemu dengan Ethan.

Tapi mungkin itu hanya karena aku belum tahu siapa diriku dan kehidupanku yang sebenarnya, bukan?

-*^^*-

Monday, October 22, 2012

Kamu Inspirasi

Di saat semua teman-temanku bingung membuat koreografi,
Urutan gerakan yang begini dan begitu,
Aku cukup menutup mataku, - lalu tersenyum sedikit - dan mulai menari..


Di saat semua pelukis lain kehilangan objek lukisan,
Entah apa yang harus dilukis, mana warna yang tepat,
Aku cukup menutup mataku - tersenyum kecil - dan mulai menorehkan garis, lalu warna dengan berani..


Di saat para penulis mengalami writer's block,
Kehilangan kata-kata dan cerita,
Aku cukup menutup mataku - sempat tersenyum - lalu membiarkan kesepuluh jariku menari di atas tuts berhuruf..


Ketika para seniman ini kehilangan inspirasi mereka,
Mereka mungkin akan kebingungan,
Apa yang harus kami buat?

Tapi aku...
Aku cukup menutup mata,
Membawamu ke dalam pikiranku,
Dan sejuta ide akan langsung muncul..
Dan aku akan tersenyum,
karena senyumanmu yang muncul di otakku langsung mengaktifkan hormon bahagiaku..

Karena kamulah inspirasiku..

-*^^*-

Sunday, October 21, 2012

Hujan Bercerita

Hari ini hujan,
Dan hujan bercerita nostalgia..


Awalnya hujan rintik-rintik..

Hari itu kita pulang terlambat,
Dan akhirnya kita harus rela dibasahi oleh rintikan air hujan yang mulai turun..
Sama-sama tidak membawa payung..
Rambut gelombangku mendadak lurus, dan gel-pun tidak sanggup menahan rambutmu..
Aku berlari ke mobilku, kamu berlari ke motormu dan segera memakai jas hujan,
Dan kita saling melambaikan tangan, pulang, tersenyum..


Lalu hujan mulai bertambah..

Aku masih ingat hari di mana kita berdua duduk di bangku taman belakang,
Lalu kamu mengeluarkan sebuah pernyataan dari bibirmu,
Kalau kamu menyayangiku..
Dan aku juga mengakui, aku sayang padamu..


Hujan mencapai titik yang deras..

Kamu kecelakaan, kritis..
Berbagai emosi mengalir deras di pembuluh darahku..
Aku berharap kamu baik-baik saja,
Aku berharap kamu bisa sadar lagi,
Untuk kita bisa tersenyum bersama lagi, ada bersama lagi..
Karena sekalipun aku menyayamgimu, baru kali ini aku menyadari,
Aku nggak mau kehilangan kamu..


Badai mulai datang, petir menyambar-nyambar dengan dahsyat, guntur bertepukkan dengan keras silih berganti..

Kita muak dengan hubungan ini,
Aku tak tahan lagi melihat wajahmu,
Kamu tidak tahan mendengar suaraku,
Kita lupa, dulu itulah yang kita butuhkan untuk tersenyum di hari yang mendung..
Kita berteriak satu sama lain, saling menyalahkan untuk semua itu..
Lucunya, kita nggak memutuskan hubungan kita,
Mungkin karena kita sadar, kemuakan itu hanya bohong,
Hanyalah batu yang menyelimuti udang..
Sesungguhnya perasaan kita tidak mau diingkari..


Hujan mulai menipis, tersedot kembali oleh awan..

Aku merindukanmu,
Dan kamu meneleponku, meminta maaf..
Kita berbaikan, dan semuanya tiba-tiba menjadi seribu kali lebih baik..
Kita tidak harus memulai semuanya dari awal,
Kita cukup harus membenahi kekurangan diri sendiri, dan memperkuat 'kita'


Hujan selesai mengalir, awan cerah segera muncul..

Siapa yang menyangka, 8 tahun semenjak kita pertama bertemu,
Kamu akan berlutut di hadapanku, membawa sebuah kotak merah,
Dan menanyakan pertanyaan yang menurutmu sangat menakutkan untuk ditanyakan,
Tapi sangat mudah untuk aku menjawabnya..
Dan jawabannya selalu iya..


Matahari mulai kembali bersinar terang, dan PELANGI yang indah muncul..

Hanya ada 4 kata untuk menggambarkan bagian ini,
Kita hidup bahagia selamanya..


-*^^*-

Terinspirasi oleh sumber inspirasiku yang paling besar,
Karya ciptaannya,
Hujan :)



Saturday, October 20, 2012

Warna dan kamu

Warna merah pada bunga mawar ini terlihat jauh lebih merah dan merekah,

Warna kuning dalam pita yang terlilit di tangkai bunga ini terlihat jauh lebih kuning dan menyala,

Warna hijau rerumputan di sekeliling kita ini terlihat jauh lebih hijau dan segar,

Warna biru langit di atas kita terlihat jauh lebih biru dan menenangkan,

Warna ungu pada gerbang taman ini terlihat jauh lebih ungu dan mengundak masuk,

Warna cokelat tanah tempat kita berpijak ini terlihat jauh lebih cokelat dan kaya,

Warna pink pada dandelion terlihat jauh lebih lebih pink dan manis,

Warna putih kursi taman itu terlihat jauh lebih putih dan bersih,

Warna hitam yang sebentar menudungi kita di langit akan terlihat jauh lebih hitam dan luas,




Semua bertambah hidup,

Bertambah percaya diri untuk berekspresi,

Karena semua benda dan warna tadi bersanding di dekatmu,

Yang ada di sisiku..

-*^^*-

Friday, October 19, 2012

Tertatih

Tertatih aku melangkah,
Awalnya aku masih dapat berjalan tegak,
Walaupun ada rasa untuk berontak..

Tertatih aku melangkah,
Lalu langkahku mulai sedikit pelan,
Pelan dan tidak pasti..

Tertatih aku melangkah,
Kakiku mulai bergetar letih,
Tapi perasaan itu masih bergetar hebat..

Tertatih aku melangkah,
Aku mulai sering terjatuh,
Padahal jalan di hadapanku sangat mulus..

Tertatih aku melangkah,
Aku hanya bisa berdiri, menggerakkan sedikit kaki,
Sebelum akhirnya aku berakhir terduduk dan menyeret tubuh ini..

Tertatih aku melangkah,
Tubuhku akhirnya berhenti total,
Membeku dan lemah..

Tertatih aku melangkah,
Tak mampu aku berjalan di jalan yang berbalik dari arahmu,
Karena kamulah sumber kekuatanku..

Thursday, October 18, 2012

Kembali

Hari ini..
Aku mendapat ribuan déjà vu..

Bunga kamboja mengapung tenang di atas air..
Nama-nama pantai yang tidak asing di telingaku..
Angin bertiup, bermain dengan rambutku, persis seperti waktu itu..
Suasana gelap, berkendara,
Aroma yang membuat perut mual tapi tetap saja melekat..
Percakapan yang sempat membuatku panik..

Aku mencoba bangkit,
Berlari, meronta, berontak..
Tanpa menyadari, bumi itu bulat..

Lalu semuanya,
Perlahan tapi pasti,
Menyeretku kembali ke sampingmu,
Kembali padamu..

Tuesday, October 16, 2012

TakeCare

Aku baru saja menyelesaikan suatu kegiatan,
yang biasa kuawali dengan day-dreaming,
dan diakhiri juga dengan day-dreaming..

dan entah kenapa,
episode day dreaming kali ini mengantarku memikirkanmu..

memikirkan apabila suatu hari nanti,
kamu memberi sebuah kabar buruk,
atau seorang teman memberi kabar buruk tentangmu..
apa yang kira-kira akan aku lakukan?

aku tahu,
aku akan menangis..
entah apakah sampai berderai air mata atau tidak,
tapi hati ini akan menangis..


jadi,
di manapun kamu berada sekarang..

hati-hati ya..
yang sehat..
:)

-*^^*-

Saturday, October 13, 2012

Yes! But, No.

Am i excited?
Yeaa sure! :D

Especially it's the 2nd time it is mentioned..
So it's like a dream come true..

But then I realize,
That wasn't for me..

Dan untuk ngeliat itu,
I don't think I'll have the strength to..

So, no maybe..

:')


-*^^*-

P.S:
I read this story a long time ago,
Where the prince wore this mask for such a long time,
Dan akhirnya wajahnya jadi sama kaya topeng itu..
If you get what I mean.
#JustSaying

Thursday, October 11, 2012

Exactly the Opposite

Kenapa?
Kenapa harus takut menjadi diri sendiri?
Bukankah itu adalah suatu kebanggaan?

Bukankah lebih baik menjadi diri sendiri,
Walau akhirnya harus kesepian dan kehilangan semuanya?

Karena menjadi diri sendiri artinya menjadi bebas,
Memiliki dunia sendiri,
Menjadi yang terbaik~



#NoOffense  #JustWondering

-*^^*-

P.S: dan kalau kamu kesepian, ingat 8 miliar penduduk dunia lainnya yang malah mungkin tidak punya siapa-siapa..

Wednesday, October 10, 2012

Hilang

Teman,
Aku nggak tahu sekarang kamu di mana,
Lagi apa..
Apa kamu sehat, dan gimana keadaanmu..

Yang pasti,
Mengutip kata seorang tokoh,
Aku merasa sangat kehilangan..

Tuesday, October 9, 2012

Bintang, sang tukang pos...

Bintang..
aku tahu kamu bukan tukang pos..

tapi maukah kamu membantuku?

maukah kamu mengirimkan salamku padanya?

tak usah kau ucapkan banyak kata,
cukup katakan padanya, aku merindukannya..


dia, inspirasiku,

matahari untuk siang-ku,

bulan untuk malam-ku,

bunga untuk taman-ku,

pasir untuk pantai-ku,

ombak untuk samudera-ku



dan juga katakan padanya,
betapa aku ingin berbincang lagi dengannya..


Seandainya bintang-bintang di langit mampu menyampaikan pesan...

Saturday, October 6, 2012

Happy bDay :)

Inii nih sebuah post yang aku persembahkan buat seorang temen :)

Dia ulang tahun hari ini :)
He's been a good friend in the past 3 years..

Here's some memorable things about this person:
1. He got two talented hands!:) nah dan seperti tangan-tangan lain,
Dia bakal melambaikan tangannya waktu aku mulai melamun.. Which is what i do every day, right?
Dan biasa aku akan marah dalam hati..
Tapi beda dengan kalo dia yang wave his hands..
2. Keusilan dia nggak cuma sampe di tangan, tapi juga otaknya agak usil..
Aku pernah jadi korban keusilannya juga --'
3. Suara dia gak fals loh! :D that's important!

Umm, why am i writting this note?
Because i wanna thank this person,
For all the great things that had been shared to me..

And i wanna apologize..
I was probably very weird back then,.
So sorry! I think i made a lot of mistakes, and i was very *again* weird,.
But thank you fornnot mentioning it to me :p


I don't know yet if next year we'll be able to see each other,
Coz obviously college are waiting..
It'll be great if we can still catch up a little bit,

But if we can't,
Please note that I'll be praying for you,
For the best, and only the best :)

Happy bDay :')


Lots of Love,

-*^^*-

P.S.: bakal selalu kepikiran wajahmu :p emm jujur mungkin banyak yang jauh lebih cakep, tapi wajah kamu itu yang bakal selalu dirindukan :)

Friday, October 5, 2012

Perahu Kertas

Barusan di twitter, salah satu penerbit tuh membuat lomba, membuat cerita 1 paragraf dengan lirik lagu Perahu Kertas, OST dari film yang berjudul sama..
Nah tapi itu lomba cuma buat di Jogja ajaa..
Tapi I came up with something and decided to share it with you!
I decided to make it longer as well, 2 paragraphs :)
Hope you enjoy it :)



-*^^*-

Azura percaya bahwa di dunia ini, ada satu pria yang akan akhirnya menjadi pelabuhan hatinya. 25 tahun dia menanti dengan sabar, tapi pelabuhan itu tak kunjung muncul. Akhirnya dia berhenti menunggu, dan bergerak mencari. Demi itu, Azura rela meninggalkan semuanya, memulai hidup baru. Keluarga, karier, teman-teman, semua dia tinggalkan. Yang paling berat, meninggalkan sahabat terdekatnya, Samudra. Sahabat yang selalu ada di samping Azura, memberi semangat dan nasehat, memberi kekuatan dan kasih sayang, dan seringkali diluar kesadarannya, tangannya lincah merakit perahu-perahu kertas.

2 tahun Azura mencari pelabuhannya. Dia tuliskan pencariannya itu dalam sebuah buku harian. Tapi setiap hari, isinya sama. Ketidak-berhasilan. Ketika lalu akhirnya suatu hari, dalam perjalanannya dengan kapal, dia melihat sebuah benda terapung di atas air. Sebuah perahu kertas. Dan langsung, Azura menyusun rencana untuk pulang. Karena dia sadar akan suatu hal, seperti yang ditulisnya di buku hariannya. Perahu Kertas mengingatkanku, betapa ajaibnya hidup ini.. Mencari-cari tambatan hati, kau sahabatku sendiri..  Aku disadarkan bahwa pelabuhan yang aku cari sebenarnya sudah ada dari dulu.. Ada pada Samudra..

Wednesday, October 3, 2012

Dua (Kalau Semesta Berkata Tidak)

Heeyyyaa!
Maaf baru sempat upload lagi yaa..
Ini ada cerita baru, wrote it 2 months ago and kept it for myself..
But i guess it's time to present,
Dua
:D:D:D
This story is highly inspired by Dee Lestari's Perahu Kertas,
Jadii maaf kalo mirip di sana sini
*sama sekali nggak bermaksud ng-copy lhoo :'( *

here it is
ENJOY :D


Dua

PROLOGUE

Cinta tidak pernah bertepuk sebelah tangan..
Tapi, untuk tetap berada bersama pemilik tangan yang cocok itu tidak mudah
Bahkan kadang mustahil..
Karena dimensi, keluarga, keadaan, dan jarak yang memisahkan..

Meski begitu,
Cinta akan tetap ada untuk selamanya…

                                        -  Kavita Celandine -


-*^^*-

3 hari sebelumnya…
Vita masih kaget melihat cincin yang sekarang berada di jari manisnya. Vita menatap Robin, kemudian jari manisnya, kemudian Robin lagi. “Aku nggak tahu harus bilang apa…” kata Vita. Robin tersenyum, “Iya, nggak papa. Nggak perlu kamu jawab sekarang kok. Take your time.” Vita mengangguk, tapi tidak tersenyum. Pikirannya dipenuhi berbagai macam hal. Seharusnya dia senang, Robin melamarnya, tapi entah kenapa yang dirasakannya selain senang adalah sedih.

Tiba-tiba Vita berkata, “Dua hari. Terlalu lama?” tanyanya. Robin menggeleng, “Aku menunggu 5 tahun untuk hari ini. Dua hari nggak akan terlalu lama.” Tapi lalu Vita menambahkan, “Tanpa kontak?”
Robin tersentak, “Tanpa kontak? Sama sekali?” Vita mengangguk, “Aku cuma mau memastikan aku benar-benar siap. Aku janji, di hari yang ketiga aku akan menghubungimu, menjawabnya.” Robin bergumul sebentar dengan dirinya sendiri, sebelum akhirnya mencium pipi Vita, “Will you be alright? Kalo iya, nggak apa-apa. Aku tunggu.”


Hari 1…
Bangun pagi, Vita sengaja nggak langsung beraktifitas. Hari ini kantor libur, jadi dia akan bermalas-malas sampai siang. Tapi mulai sore nanti, dia akan benar-benar memikirkan, mencari jawaban bagi hatinya. Kegiatan pertama yang dilakukannya pagi ini setelah berdoa: mematikan HP.

Sore, pukul 4, Vita mengangkat gagang telepon rumahnya, menghubungi sang bunda, memohon restu dari keluarga. Lalu Vita terpekur di depan telepon sampai beberapa lama, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi, keluar rumah, entah ke mana.

Aneh, kakinya malah mengantar ke sebuah kafe. Memasuki kafe langganannya itu, Vita langsung mengarahkan diri ke tempat duduk yang paling ujung, dan memesan secangkir kopi. Pesanan datang, dan Vita meminum seteguk. Langsung, dia paham setetes kesedihannya kemarin, karena kopi ini mengingatkannya.

Dia berharap Robin itu Rio.

Vita jadi ingat, ketika pertama kali datang ke kafe ini, berdua dengan Rio. Saat itu mereka masih SMA kelas 3, masih pacaran. Rio mentraktir Vita karena nilainya yang tertinggi di angkatan itu. Tapi di tempat itu pula, pada kesempatan lain, Vita memutuskan hubungannya dengan Rio.
Terlalu susah dijalani, terlalu banyak perbedaan, pertengkaran, dan sekarang Rio akan melanjutkan kuliah entah-di-mana. Di negeri nun jauh sana yang tidak bernama. Sayangnya baru beberapa bulan kemudian, saat semua sudah berubah, Vita menyesal.

Dia merindukan Rio, dengan sepenuh hati dan jiwanya. Karena Vita baru sadar, ada sesuatu tentang Rio yang tidak dimiliki orang lain, sesuatu yang dia butuhkan, yaitu penerimaan dan pengertian. Hanya itu.
Sering kali, cowok-cowok yang dekat padanya hanya sebatas ‘berusaha mengerti’, tapi Rio nggak. Rio benar-benar mengerti sampai kedalaman hati Vita, dan menerima semuanya itu tanpa banyak
babibu. Sepenuhnya. Bahkan sampai hari ini, Vita tahu Robin belum bisa menerima beberapa hal dari Vita.
Selain itu, dia juga mencintai Rio, dengan sepenuh hatinya. Lebih dari dia bisa menyayangi Robin. Dan sekarang, ada bagian dihidupnya yang kosong, yang hanya bisa diisi oleh Rio.

Sayangnya, sampai hari ini juga, Vita belum pernah bertemu Rio lagi. Dia kangen sama Rio, tapi tidak berusaha mencarinya. Sudah terlambat, sudah 10 tahun mereka berpisah, sebentar lagi dia akan menjadi istri Robin.

“Boleh duduk di sini?” sebuah suara familiar menyapa. Vita terkaget dan mendongak perlahan, takut ini semua hanya mimpi. “Rio?” tanya Vita pelan. “Hai,” Rio membalas singkat sambil menarik kursi dan duduk. Kalimat pertama yang keluar dari mulut Vita, “Lo dari mana?” Lirih.
Vita sangat kaget, sehingga bukannya menyapa, dia langsung saja bertanya. Sebuah pertanyaan yang sudah lama ia ingin ketahui jawabannya.

Rio mendesah pelan, langsung tahu maksud Vita. “Gue kuliah di Amrik, Vit.”
Iya, walaupun sempat pacaran, Rio belum benar-benar memutuskan akan kuliah di mana, sedang saat benar-benar diambil keputusan, hubungannya dengan Vita sudah berakhir.
Rio untuk pertama kalinya hari itu terlihat agak sedih. Oh, bukan sedih, dia melepas rindu. Rio membelai pelan rambut Vita. Seakan berkata pada dirinya sendiri, dia beneran Vita.
Karena ini seperti mimpi bagi keduanya. Sepuluh tahun tidak bertemu, dan keduanya tiba-tiba bertemu di kafe ini. Saling mengenali. Sepertinya semesta yang mengantarkan mereka berdua ke sini. Sepertinya keduanya juga sudah melupakan masalah di masa lalu.
Lebih-lebih untuk Vita, yang baru saja memikirkan Rio. Sekarang dia ada dihadapannya. Dan Vita merasa mendapat kebahagiaan baru, kelengkapan. Vita juga untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, berubah sedikit lebih ceria.

“Apa kabar lo? Baik-baik aja kan? Kok bisa nyampe sini?” Rio tersenyum kecil, masih meyakinkan diri kalau ini bukan mimpi. “Iya, sebenernya gue sih baru aja nyampe dari Amrik. Terus gue tiba-tiba pengen aja ke sini.”

“Nah elo ada angin apa balik Indo? Udah berapa tahun nggak balik lo?” Kali ini Rio terkekeh. “Elo masih aja jadi wartawan, Vit. Tanya-tanya melulu. Gini deh, lo mau makan nggak? Sekalian makan malem gitu. Gue traktir deh, soalnya gue laper nih.”

Oops, Vita langsung tersadar. Orang ini baru saja tiba, langsung dihujani pertanyaan yang sama sekali nggak nyambung dengan tempat ini. Kafe. “Emm, boleh deh, gue juga belom makan. Lo mau makan di sini?” tanya Vita.

“Kalo nggak di sini gimana? Lo tahu tempat makan yang enak? Maksudnya suasananya enak.” Vita berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Tapi agak jauh, sekitar 45 menit dari sini.”
45 menit kemudian, mereka sudah ada di restoran yang dikatakan oleh Vita. Letaknya di daerah bukit, sehingga udaranya sejuk. Langit juga mulai gelap. Perfect.
Keduanya memesan, ngobrol ringan atau basa-basi, lalu makan ketika hidangan disajikan, sambil ngobrol. Entah ada yang menyadari atau tidak, keduanya seperti sedang mengejar hubungan mereka yang ketinggalan 10 tahun. Pacaran yang di pause, bukan di stop, dan sekarang di play, karena kalau diamati betul, keduanya seperti orang jatuh cinta, pada satu sama lain.

Tapi pertanyaan Vita tadi belum terjawab. Dan Vita menanyakannya sekali lagi. “Gue terakhir pulang 3 tahun yang lalu. Jadi ya Sebetulnya ini kali kedua gue pulang sejak gue berangkat kuliah. Gue sempat stay setengah tahun kok waktu itu. Sori, waktu itu gue nggak nyari lo.” Vita mengangguk.

Rio meneruskan, “Kalo alasan gue pulang, jujur gue nggak tahu Vit. Kepengen aja rasanya, kaya ada sesuatu yang kuat yang bilang sama gue untuk pulang. Tapi gue nggak lama di sini. Cuma 2 malem termasuk malam ini.”

Alis Vita terangkat, “Sebentar banget? Rugi lo. Mahal kan pulang-pergi gitu? Nah sekarang elo udah ada ide belom, kenapa hati nurani lo nyuruh elo pulang?” Rio mengangguk, “2 hal. Satu, karena gue kangen sama lo, Vit. Kangen banget ternyata. Gue baru sadar waktu ngeliat siluet lo di kafe. Dan alasan kedua, mungkin malah lo yang harus ngasi tahu gue.”

Vita kaget setengah mati. Rio masih menyimpan perasaan yang sama dengan dirinya?

Tapi sadar Rio memperhatikan dirinya menunggu jawaban, Vita mengangkat sebelah tangannya. “Yo, gue habis dilamar sama cowok gue.”

Nggak tahu kenapa, begitu melihat sebentuk cincin perak di jari Vita, detik itu juga Rio merasakan sedih, tatapannya langsung nanar, dan semangatnya hilang. Menyadari perubahan itu, entah juga kenapa, Vita menambahkan dengan gamang, “Belum gue jawab sih tapi.” Rio langsung merasakan setetes kelegaan. 

Setetes.

Lalu tiba-tiba saja kata-kata mengalir dari bibir Rio. Ini bukan perkataan dari otak, tapi dari hati yang paling dalam, yang pernah dikuburnya selama 10 tahun. “Vit, gue tahu, kita mungkin udah nggak ketemu 10 tahun. Lo juga udah punya cowok. Tapi gue nggak bisa bohong sama hati gue Vit. Gue cinta sama elo. Cinta banget. Gue sadar waktu tadi gue masuk ke kafe itu dan ngeliat siluet lo. Gue baru sadar setelah sekian lama, gue bukan sekedar kangen sama elo. Gue kangen karena gue nggak ketemu cinta gue selama 10 tahun.”
Vita nggak bisa mengatakan apa-apa. Dia kaget, karena dia juga merasakan hal yang persis sama. Vita sama sekali nggak memikirkan tentang apapun juga waktu dia berada dekat Rio, dia hanya bisa memikirkan betapa senang dirinya karena Rio ada di sampingnya. Dia bahkan tidak memikirkan Robin.

Keduanya diam, kali ini duduk bersampingan. Kepala Vita di bahu Rio, dan kepala Rio bersandar di kepala Vita. Melepas rindu, memikirkan cinta, memikirkan kebahagiaan di hati masing-masing karena ternyata, cinta itu belum pergi. Hanya sempat terkubur.

“Tapi Vit, gue tahu cepat atau lambat lo pasti tetep jadi tunangan pacar lo sekarang. Dan gue juga nggak bisa menetap di Indo lagi. Bahkan gue nggak tahu apa gue bakal balik Indo lagi. Bokap gue sakit, dan harus dirawat intensif di sana. Untung belum sampe parah, tapi butuh perhatian gue seratus persen. Kalau gue mau turutin kata hati gue, gue maunya di sini aja, Vit. Sama elo. Tapi gue tahu itu nggak mungkin bagi orang di sekitar gue. Dan elo juga nggak bisa menetap di sisi gue. Jadi istri gue.”

Hati Vita mencelos mendengar kata-kata Rio tadi. Ada kemungkinan dia nggak bisa ketemu Rio lagi, selamanya? Nggak, Vita nggak mau itu. Dia mau berada bersama Rio, terus dan terus. Tapi kali ini giliran keadaannya yang tidak mengijinkan. Dia nggak mau meninggalkan bunda sendirian di tanah air. Membawa bunda ke Amerika? Bukan perkara mudah, karena bundanya membuat ketetapan untuk tidak mau meninggalkan tanah leluhur mereka, tanah air mereka. Rio pasti mengerti tentang ini, karena ketetapan itu sudah berlaku sejak dulu.

Vita lalu punya sebuah pemikiran gila, tapi hatinya tidak bisa menolak.
“Yo, gimana kalo besok, kita have fun berdua. Kita lupain semua persoalan yang ada, bokap lo, cowok gue, kita lupain khusus untuk besok. Kalo gue nggak bakal ketemu lo lagi, gue mau kenangan yang indah, bukan yang galau kaya gini. Apalagi habis itu lo pulang kan?” Vita mencoba bercanda, tapi serius.
Bukan menjawab, Rio menatap Vita, lalu berkata dengan sungguh, “Vit, would you be my girl? Kalo kita mau membuat kenangan indah, have fun berdua untuk terakhir kalinya, gue mau itu elo sebagai cewek gue. Lo bener-bener milik gue, dan gue bener-bener milik elo. Gue ingin bebas mencintai elo karena lo cewek gue, khusus besok Vit.”

Vita terharu, hatinya penuh kegembiraan, karena akhirnya perasaan ini memiliki wadah penampung yang cocok. “Gue janji gue akan jadi pacar yang lebih baik dari Vita yang dulu pernah ngecewain elo, Yo,” Vita berbisik perlahan, setengah menahan tangis gembira.

Hari 2…
“Jadi, mo ke mana kita?” tanya Rio saat sudah berada di depan rumah Vita. “Kok lo tau alamat rumah gue? Terus, itu mobil siapa?” Vita cukup kaget saat melihat Rio. “Dari temen, yang minjemin ini mobil juga. Naik dulu, Vit. Ntar ke mananya gampang deh.” Vita mengangguk patuh dan langsung masuk ke mobil. “Oh iya, lo bisa nyetir di Indo?” tanya Vita. “Buktinya, gue selamat sampe di depan rumah elo kok,” Rio tertawa kecil. “Oke, jadi mau ke mana, Sayang?”
Vita tertegun mendengar kata ‘sayang’ itu, tapi tidak bisa dipungkiri, dia senang.

“Ke…. Ke dufan mau nggak?” Rio hampir tertawa keras-keras kalo nggak langsung dipukul kecil oleh Vita. “Heh! Kenapa ketawa?” “Nggak, lucu sih lo. Masak nge-date ke dufan? Nggak ada yang lebih romantis gitu?” Vita melengos. “Ya udah, mau ke mana, Rio sayang?” Rio menatap Vita sebentar, lalu tersenyum nakal, “Ke Dufan aja deh.”

Mereka menghabiskan separuh hari, bermain di dufan. Naik ini-itu. Yang serem-serem. Yang lucu-lucu sengaja nggak dicoba, ngabisin waktu aja, kata Rio.

Benar-benar keduanya memanfaatkan hari itu dengan maksimal. Seperti pacar yang nggak pernah lepas selama 10 tahun, bukan dari dua orang yang kemarin baru ketemu lagi. Bergandeng tangan ke mana-mana, melekat terus seperti ada tali-tali tak kasat mata yang mengikat mereka, Vita menyuapkan gulali ke Rio, dan ucapan-ucapan terimakasih yang disampaikan dengan ciuman di pipi.

Menjelang sore, keduanya memutuskan untuk pulang. Sengaja nggak mau sampai malam, karena mereka masih punya satu tempat tujuan. Sebuah atap rumah.

“Permisi, Tante. Mau ‘manjat’ dong,” kata Vita dengan senyum semanis mungkin. “Iya, tumben bawa temen,” kata tantenya. “Eh, iya. Ini Rio, Tan. Pengen liat pemandangan, siapa tahu object bagus buat kapan-kapan di foto,” Vita mengarang cerita. “Oh, fotografer? Iya, kata Vita pemandangan di atas memang bagus. Tante sih belum pernah  naik,” kata tantenya Vira ke Rio, dan Rio hanya mengangguk sopan. “Oh ya, Robin mana, Vit?” Vita sedikit menegang, “Sibuk, Tan. Biasa, urusan kantor.” Tantenya hanya mengangguk-angguk, “Tante tunggu di bawah aja ya,” kata wanita pemilik rumah. Vita dan Rio lalu mengangguk sopan, dan bergegas naik ke atas atap.

Vita sedikit lega, berita lamarannya belum menyebar ke mana-mana.

Dulu, Vita dan Rio memang sering ‘manjat genteng’ di sini, alias naik ke atas atap. Dulu Vita sih memang agak tomboy, jadi perkara begituan adalah hobinya. Lagian mana ada orang pacaran di atas atap?

Nah, semenjak Vita pindah rumah, rumah itu sekarang dihuni oleh adik dari Bundanya, jadi kapan saja Vita mau ke atas atap, tinggal ijin.

Begitu sampai di atas, keduanya langsung tersenyum puas, tanpa perlu dikomando apa-apa. Vita langsung mengambil posisi duduk, dan Rio duduk persis di sebelahnya. Tangannya yang satu menopang  tubuhnya, dan yang satu merangkul Vita. Vita sendiri membenamkan kepalanya di dada Rio.
Tanpa perlu banyak bicara, keduanya tahu apa yang ada di pikiran masing-masing. Pesona tempat ini. Kenapa mereka buru-buru pulang dari Dufan, khusus untuk ke tempat ini. Bukan ke pantai yang masih satu kompleks dengan Dufan, atau taman-taman.

Karena dari atas atap rumah ini, mereka bisa melihat langit yang luar biasa indah. Hari yang sudah sore membuat udara tidak panas, tapi warna biru muda langit masih begitu indah dan tajam. Pemandangan yang cantik, ditambah dengan matahari yang hangat berwarna kuning-oranye-emas.
karena ini adalah pemandangan yang jarang mereka lewatkan waktu masih pacaran dulu. Dan tidak ingin mereka lewatkan sekarang, walaupun usia mereka sudah bukan 18 tahun.

“Eh, Yo, ntar kita pulangnya gimana?”  tanya Vita. Mobil yang tadi dipinjam Rio sudah dikembalikan. Karena memang mau digunakan oleh pemiliknya. “Ntar gampang, naik taksi juga bisa,”Rio menjawab simple. Keduanya hening lagi, merekam setiap detik yang berlalu baik-baik.

Vita mulai digerogoti kesedihan. Dia sangat senang hari ini. Date di Dufan, hidup tanpa beban, bersama Rio. Semua ini sangat amat menyenangkan. Otaknya gembira, hatinya tidak bisa berkata apa-apa sangking senangnya. Tapi sayang, semua ini hanya untuk satu hari.

Matahari mulai terbenam, dan peristiwa sunset hari itu adalah sunset terindah yang pernah mereka berdua lihat. Bukan dari pantai, bukan dari puncak gunung, bukan dari tengah hutan. Dari atas atap.
Lalu hari berubah gelap, dan bulan hanya bisa memberi sedikit penerangan. Vita dan Rio turun ke teras, dan melanjutkan ngobrol di teras.

“Robin siapa, Vit?” tanya Rio tiba-tiba. “Temen.” Vita hanya menjawab singkat. “Gue, temen lo juga?” Vita menengok ke arah Rio, memegang pipi Rio supaya menoleh ke arah dirinya. “Enggak, lo kan cowok gue.”
“Oh. Tapi tadi lo bilang ke tante lo kalo gue temen lo, tapi lo bilang ke gue, gue cowok lo. Jadi Robin itu siapa?”

Vita terdiam, “Tolong, Yo. Lo pasti tau lah siapa Robin itu. Kalo nggak, kenapa tante gue bisa sampe nanya? Gue nggak mau ngungkit-ngungkit masalah itu, gue cuma mau nyiapin mental gue buat apa yang terjadi setelah ini, dan menikmati momen ini sama elo.”

Rio menunduk, mengucapkan maaf yang digumamkan.

Lalu Vita berkata lagi, “Tapi setelah dipikir, gimana gue bakal siap ya untuk besok? Gue akan melanjutkan hidup dengan orang yang nggak gue cintai. Dan gue nggak akan pernah bisa ketemu lo lagi.”

“Tapi lo harus bisa, Vit. Gue percaya lo pasti bisa menghadapi masa depan lo sendiri,  dengan siapapun lo akan menghabiskannya.” Vita menggeleng. “Nggak yakin,” kata Vita. Tapi lalu tiba-tiba Rio berdiri dari duduknya, menarik Vita untuk berdiri. Dengan lembut, tangan kanannya mengangkat dagu Vita perlahan sehingga mata mereka bertemu, dan pertama kalinya dari awal mereka pacaran dulu sampai sekarang, Rio mencium bibir Vita.

Rio lalu memeluk Vita, melingkarkan kedua tangannya di pinggul Vita, seperti halnya Vita melingkarkan kedua lengannya di leher Rio. Vita mulai menarik nafas dalam dan panjang, menahan tangis. Tapi Rio segera berbisik pelan, “Jangan nangis, Vit. Lo jalanin aja semua buat gue. Demi gue.” Vita berhenti menangis dan melepas pelukannya, menatap Rio. “Dan lo akan bertahan? Demi gue?” tanyanya pada Rio. Rio menjawab dengan anggukan mantap. Vita ikut mengangguk, “Gue akan melanjutkan hidup gue, apapun yang akan dihadapkan ke gue, dan gue akan bertahan demi elo.” Rio tersenyum puas, dan kembali menarik Vita dalam pelukan singkat.

Lama mereka berdiri berdua, sampai akhirnya Vita kembali pada kesadarannya akan hidup yang sedang berlangsung. “Udah malem, Yo.  Pulang yuk?” Rio termenung sebentar, “Gue nganterin lo pulang, lalu lo harus melihat gue pergi? Gue harus nyakitin lo?” Vita terkejut, nggak menyangka Rio berpikir sejauh itu.

“Nggak, Vit. Lo pulang. Gue tunggu sampe lo pergi, baru gue pulang. Biar gue yang ngeliat lo pergi.” “Dan gue nyakitin lo, Yo?” Vita bertanya tajam, tapi dengan bijak Rio menggeleng, “Nggak akan sakit. Karena gue tahu lo nggak tersakiti oleh tindakan gue.”

Vita ingin berargumentasi lagi, tapi Rio membungkam mulut Vita. “Nggak ada argumentasi lagi, Vit. Udah ya, gue telponin taksinya sekarang.”

Taksipun datang, dan waktunya untuk mereka mengucapkan kata perpisahan, untuk yang terakhir kalinya. 

“Makasih, Yo, buat hari ini. Buat kesempatan jadi cewek lo sekali lagi. Dulu gue pernah berandai-andai, pengen satu hari aja kita jadian lagi. Gue nggak nyangka, 10 tahun kemudian hal itu akan beneran terjadi. Maaf kalo gue pernah nyakitin lo, Yo.”

“Kalo nanti ada kesempatan gue pulang ke Indonesia, mungkin gue nggak akan nyari elo Vit. Maaf. Tapi gue rasa itu buat kebaikan kita berdua. Lagipula kalo emang semesta mau, kita pastinya bisa ketemu lagi tanpa harus saling cari. Gue juga seneng, Vit. Akhirnya gue bener-bener bisa berada bersama orang yang gue cintai, walaupun cuma sehari. Terima kasih lo udah mau jadi cewek gue, dan terima kasih karena lo masih mencintai gue,” kata Rio.

Vita pamit pada yang empunya rumah, lalu menatap Rio sekali lagi yang mengangguk, merelakan Vita.

Vita tersenyum dan berjalan ke arah taksi, tapi lalu berhenti dan berbalik, berlari ke arah Rio yang masih memperhatikannya lekat-lekat. Vita, untuk yang terakhir kalinya, memberi sebuah ciuman pada Rio, di bibirnya, dan memeluknya erat. Lalu tersenyum dengan lebih tulus, dan melangkah pergi.

-*^^*-

EPILOGUE


7 Tahun berlalu…

Sebuah keluarga kecil terlihat gembira, berlibur di negeri Paman Sam. Sang anakperempuan tersenyum lebar, digandeng oleh Papa dan Mamanya dari sisi kanan dan kirinya. Mereka berjalan di jalanan padat Times Square, New York, yang walaupun masih siang hari, terlihat sangat menakjubkan. Sang anak menunjuk ke sebuah toko yang menarik, dan mengajak kedua orang tuanya untuk menyeberang jalan dan masuk ke toko itu. Karena jalanan sangat dipenuhi orang-orang, sang ayah menggendong putrinya untuk menyeberang jalan. Sang istri menggandeng tangan suaminya dan mereka bertiga berjalan menyeberang.

Lalu tiba-tiba, wanita itu terpaku pada satu sosok, yang berjalan ke arah yang berlawanan. Wajah oriental, wajah yang tidak pernah berubah.
Dan wajah itu menengok ke arahnya.


Jam seakan berhenti berdetak selama beberapa detik, waktu mereka saling tersenyum satu sama lain, dan menyadari bahwa keduanya, masih menyanyangi, mencintai.