dari seorang teman yang berbeda..
^^
Pangeran Mimpi jilid 2
Malam itu..
Aku tidur sangat nyenyak..
Mimpi yang, hmmm, cukup aneh datang,
tapi justru membuatku tidur lebih nyenyak lagi.
Seperti biasa, aku duduk di tepi danau tempat aku biasa menghabiskan sore. Danau yang mungkin hanya satu di dunia, karena warnanya yang unik dan jernih. Biru kehijauan, dan akan memantulkan warna pelangi saat menjelang sore.
Sore ini aku hanya melamun,
Menatap ikan-ikan yang berlalu-lalang di bawah sana.
Menikmati sepinya danau ini,
Dan juga suasana sepi hutan ini.
Sambil bersenandung, aku menatap matahari yang sebentar lagi akan tidur.
Aku tatap lagi danau itu,
Melihat bayangan diriku sendiri,
Seorang gadis dengan gaun biru tua, rambut lurus sepingang, dengan sekuntum kecil bunga disematkan di rambutku.
Lalu,
Bayangan lain muncul di belakangku.
Di sertai sebuah tangan mendarat di bahuku.
Aku terlompat kaget.
Seorang pria, umurnya mungkin sepantaran denganku.
Badannya tinggi dan tegap, matanya yang jernih dan rambutnya yang agak panjang sehitam malam.
Kulitnya cokelat, terbakar sinar matahari.
Dia mengulurkan tangan membantuku berdiri.
Entah kenapa, walaupun aku belum mengenal siapa dia, aku tidak takut padanya.
Aku menyambut uluran tangannya lalu berdiri.
Lalu, masih menggenggam tanganku, dia mengajakku ke sebuah gubuk kecil, di tengah area perkebunan. Beberapa ibu tampak berlalu lalang mengolah tanaman.
Ia membawaku masuk ke dalam gubuk, lalu mempersilahkan aku duduk di sebuah bangku di meja makan.
Lalu untuk pertama kalinya aku mendengar suaranya yang muda tapi berwibawa.
Yang membuatku serasa mendengarkan alunan musik yang merdu.
“Mungkin kamu belum pernah bertemu aku. Tapi aku merasa mengenalmu. Aku akan jujur. Setiap hari saat kamu bersenandung di tepi danau, aku mengikuti dan melihatmu dari atas pepohonan. Awalnya, aku hanya tertarik pada suaramu yang sejernih danau itu. Namun, lambat laun aku merasa hatiku ikut terbawa nyanyianmu. Aku merasa ada yang kurang bila tidak melihatmu walau satu hari saja. Bukan lagi karena aku ingin mendengar suaramu yang merdu itu. Aku tahu ini mungkin gegabah atau aneh karena kita belum saling mengenal. Tapi, aku.. aku..”
Dia berdehem lalu akhirnya melanjutkan.
“Aku mencintaimu.”
Sontak aku berdiri.
Terlalu terkejut.
Terlalu bingung untuk mengatakan apapun.
Dia berdiri pula dan meraih tanganku.
Uniknya,
Ia tidak menunggu jawaban apa-apa dariku.
Mungkin, bila aku mengetahui bahwa dia mencintaiku itu sudah lebih dari cukup baginya.
Untuk pertama kalinya, seorang orang yang tidak aku kenal betul,
Menyentuh rambutku dan membelainya lembut.
Aku memejamkan mata, dan seolah-olah semuanya terasa sangat benar.
Tiba-tiba ia mendekatkan dirinya, jarak kami tidaklah banyak.
Ia membawaku dalam pelukan yang hangat, lalu mengecup dahiku, dan kembalu memelukku.
Saat ia melepaskan pelukannya,
Aku menatap matanya dalam,
Sama seperti ia menatap mataku.
Seakan kami selalu mengenal dan ingin terus dekat seperti ini.
Anehnya..
Banyak ibu-ibu yang lalu lalang, seakan tak terbatasi gubuk, dan tak terganggu keberadaan kami di sini.
Aku terbangun, tersentak.
Aku melihat di sekelilingku,
Masih di rumah, di tempat tidurku yang biasa.
Ahh,
Sayang,
ini semua hanya mimpi.
Sayang,
Semuanya terlalu nyata untuk jadi cerita bawah sadar.
Dan, ah, ya.
Aku tak tahu siapa dia.
“Gina, ayo cepat sedikit!” Ibu memanggil aku. Kami akan ke desa di tepi hutan hari ini. Ada semacam penyuluhan dan ibu sebagai pemimpin ibu-ibu di desa ini harus ikut.
“Iya, bu!” aku menyahut.
Sebelum ke balai desa, kami berbelanja sedikit.
Sesampainya di tujuan, barang belanjaan yang tadi dipegangi ibu saat aku menyetirkan sepeda aku letakkan di gagang sepeda dengan bantuan ibu.
Sambil meletakkan barang-barang, aku melihat sekeliling, membiasakan diri dengan tempat yang sudah sering aku kunjungi
Tiba-tiba,
Mataku berhenti di satu titik.
Sosok tinggi itu.
Rambut hitam yang terurai agak panjang..
Kulitnya yang kecoklatan..
Bukankah dia..
Oh!
Dia juga melihat ke arahku, walaupun tidak sedang berjalan ke arah ini.
Aku ingin melambai memanggilnya.
Tapi, ah, apa gunanya.
Kami hanya bertemu dalam mimpi.
Tapi sepertinya aku salah.
Dia melihatku dan menghentikan langkah dan obrolannya dengan seorang temannya.
Mataku terpaku pada mata hitam legamnya, dan matanya terkunci oleh mataku.
Detik itu pula, aku yakin dialah sosok dalam mimpiku!
Aku ingat tatapan ini.
Astaga!
Sepertinya dia mengenaliku.
Tepatnya, mengenali tatapan ini juga.
Mungkinkah,
Kami benar-benar bertemu, walaupun dalam mimpi?
Dia membalikkan tubuhnya,
Lalu berjalan, perlahan namun pasti, ke arahku.
Dan aku juga bisa merasakan kaki-kakiku melangkah tanpa keraguan ke arahnya.
Mata kami terus saling menatap,
Menghiraukan segala aktifitas yang berlangsung di sekeliling kami.
Menghilangkan segala rintangan yang ada di antara kami.
Saat kami akhirnya bertemu,
Bibirnya membentuk seulas senyum.
Sungguh,
Aku belum pernah bertemu orang ini.
Tapi hatiku mengatakan sebaliknya.
Sekali lagi,
Ia menggenggam tanganku,
Lalu mencium pipiku dengan lembut.
0 comments:
Post a Comment