Jatah cerita bulan April :D
gomenasai karena ceritanya super pendek dan sedih..
terinspirasi darii sebuah episode TV Series dan sebuah puisi :)
ENJOY!
-*^^*-
MATAHARIKU
Nafasnya tidak teratur, pandangannya mulai kabur, tidak percaya
pada apa yang dilihatnya. Tidak tahu ke mana harus berlari, pada yang telah
dipilihnya atau yang ingin dipilihnya, dia memutuskan untuk berlari ke arah
yang benar-benar berbeda.
Petra, sosok yang biasanya begitu kuat, gagah, sekarang terbalut
perban dengan bercak darah di mana-mana. Terbaring lemah dan kata dokter adalah
mujizat apabila dia membuka mata lagi. Dan sayangnya, di detik itulah Lisa baru
menyadari bahwa hati dan jiwanya masih separuh tegantung pada orang itu, bukan
orang yang sekarang berada dipilihnya. Dia tidak akan merasa hidup lagi kalau
orang itu pergi untuk selamanya.
3 tahun lalu, Lisa memang sempat hampir menyerahkan hatinya pada
Petra saat Petra memintanya, tapi saat itu keadaannya sangat membingungkan.
Petra adalah seorang cowok yang sangat terkenal, di sekolah maupun
luar sekolah. Dia lumayan ganteng, dan sebuah kelebihan yang nggak dimiliki
banyak orang, suka membuat puisi cinta untuk cewek-cewek. Bayangkan, bagaimana
para gadis tidak jatuh cinta padanya, dan mungkin inilah yang membuat Petra
jadi dekat dengan gadis-gadis itu.Tentu saja Lisa nggak mau punya pacar yang
seperti itu. Siapa yang bisa memberi jaminan kalau nanti kedepannya Petra nggak
akan seperti itu? Apalagi pilihannya bukan hanya Petra, ada juga Dicky.
Nggak jauh beda dengan Petra, Dicky juga salah satu cowok yang
terkenal, ganteng, pintar. Tapi perbedaannya, Dicky nggak seperti Petra. Dia
tahu bahwa gadis yang butuhkan adalah Lisa, dan karena itu dia nggak berusaha
dekat dengan cewek lain, walaupun penggemarnya juga sangat banyak.
Perbedaan lainnya ada pada Lisa. Kalau ditanya sungguh-sungguh,
dia akan memilih Petra. Mereka sudah mengenal sejak kecil, jadi sudah
benar-benar kenal dari hati ke hati, nggak sekedar perasaan yang kosong. Dicky
baru ditemuinya saat akhir SMP dan walaupun mereka dekat dan Lisa bisa dibilang
menyukai Dicky, tapi Dicky belum 'memenangkan' jiwa Lisa saat Dicky meminta
Lisa menjadi gadisnya.
Saat Lisa akhirnya harus memilih, Lisa akhirnya memilih
berdasarkan pikiran otaknya, dia memilih Dicky. Dicky yang sudah menunjukkan
janjinya dengan selalu berada dekat Lisa, bukannya Petra yang sebenarnya lebih
dia sayangi, tapi masih pula dekat dengan banyak gadis lain.
Waktu Petra tahu akan hal ini, dia sangat terpukul. Dia
berkali-kali berusaha untuk meyakinkan Lisa untuk memikirkan ulang pilihannya,
tapi Lisa tidak pernah mengiraukkannya. Bukan karena tidak mau, tapi dia tahu,
jika terus dipikirkan, maka dia akan memilih berbeda. Tapi sekali lagi, orang
tua dan sahabatnya pun lebih memilih Dicky yang dari sekarang saja sudah
menghargai apa yang namanya kasih sayang antara 2 orang.
Tapi hari ini, saat Lisa mengingat lagi, rasanya semuanya sia-sia.
Saat melihat Petra terbaring begini, ingin Lisa memeluk dan menularkan sebagian
kekuatan dan kesehatannya pada Petra. Ingin rasanya Lisa mencari dan menemukan
orang yang telah menabrak Petra dalam kecelakaan ini, yang sudah menghancurkan
Petra. Karena baru kali ini dia mengakui pada dirinya sendiri, bukan Dicky yang
dia inginkan berada di sampingnya, tapi Petra.
"Lis, kamu dicari sama Petra," suara Dicky tiba-tiba
berbisik pelan di samping telinga Lisa, membuat dia terlompat kaget.
"Petra, sadar?" tanya Lisa dengan suara yang begitu bergetar.
"Iya, tapi kata dokter, ini mungkin untuk yang terakhir kali," kata
Dicky sambil mengelap pipi Lisa yang basah.
Lisa memandang Dicky dengan tatapan yang sendu, “Maaf ya,” kata
Lisa berbisik. “Nggak papa,” jawab Dicky pelan.
Di satu sisi, ini meremukkan hati Dicky sampai pada kepingan
terkecil. Melihat Lisa seperti ini, artinya hati Lisa sebenarnya masih ingin
memilih Petra. Tapi hatinya sudah memutuskan, apapun yang terjadi dia akan
tetap ada di sisi Lisa.
Dicky lalu mengajak Lisa masuk ke ruang ICU. Mata Petra terbuka,
tapi begitu rapuh dan lemah. Lisa langsung menangis hebat, dan berlari ke
samping Petra, ingin memeluknya, tapi nggak mau menyakitinya. Petra
mengisyaratkan agar Lisa mendekat, dan dengan suara bisikan terpelan, dia
membisikkan serangkaian kata-kata perpisahan. Tidak ada yang bisa mendengar,
karena bahkan mungkin kata-kata itu diucapkan separuh suara dan separuh lewat
hati.
"Lisa, maaf kalau selama ini aku nggak bisa seperti yang kamu
harapkan. Maaf kalau setelah ini aku nggak bisa ada bareng kamu. Tapi aku mau
kasih tahu kamu satu rahasia, semua puisi cinta yang pernah aku kasih ke
cewek-cewek itu, semuanya sebenarnya buat kamu. Walaupun kita deket dan aku
juga pernah nembak kamu, sebenernya aku ngerasa nggak cukup baik buat kamu,
makanya aku dekat sama mereka. Tapi, ijinin aku untuk kasih puisi terakhir aku,
benar-benar untuk kamu, di depan kamu.
"Kepadamu, matahariku,
Aku tidak
sempurna
Aku terjatuh
dan terluka
Aku tidak patut,
tidak layak
Mencintamu,
matahari
Tapi tak bisa
kuhilangkan
Sinarmu dari
hatiku
Tak bisa
kulupakan
Tatapan dan
senyumanmu
Matahariku,
Maafkan aku
karena aku mencintaimu,
Dan terus
ampunilah aku,
Karena ada satu
hal yang pasti
Sampai di ujung
nafasku
Dengan segenap
kekuatanku
Aku akan tetap
mencintaimu."
Dengan nafas tersenggal, Petra menyelesaikan puisinya, kali ini
tepat didengarkan oleh orang yang sebenarnya menerima segala puisi-puisinya. “Terima
kasih,” bisik Lisa. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa Lisa keluarkan, tapi
kata-kata ini bergema dihatinya, jangan
meminta maaf, karena aku juga mencintaimu.
Tak lama kemudian, Petra memejamkan matanya, diiringi raungan
tangis Lisa yang mengisi kekosongan ruangan itu. Dicky berusaha menenangkan
Lisa, memeluknya. Sementara Lisa terus terisak dalam pelukan Dicky, Lisa bisa
merasakan separuh hatinya hilang pergi.
----
sedih yaa?
maaaffff :(
komen pls :)
p.s.: new ava :D
0 comments:
Post a Comment