Tuesday, April 3, 2012

Matahariku


Jatah cerita bulan April :D
gomenasai karena ceritanya super pendek dan sedih..
terinspirasi darii sebuah episode TV Series dan sebuah puisi :)

ENJOY!

-*^^*-



MATAHARIKU

Nafasnya tidak teratur, pandangannya mulai kabur, tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Tidak tahu ke mana harus berlari, pada yang telah dipilihnya atau yang ingin dipilihnya, dia memutuskan untuk berlari ke arah yang benar-benar berbeda.

Petra, sosok yang biasanya begitu kuat, gagah, sekarang terbalut perban dengan bercak darah di mana-mana. Terbaring lemah dan kata dokter adalah mujizat apabila dia membuka mata lagi. Dan sayangnya, di detik itulah Lisa baru menyadari bahwa hati dan jiwanya masih separuh tegantung pada orang itu, bukan orang yang sekarang berada dipilihnya. Dia tidak akan merasa hidup lagi kalau orang itu pergi untuk selamanya.

3 tahun lalu, Lisa memang sempat hampir menyerahkan hatinya pada Petra saat Petra memintanya, tapi saat itu keadaannya sangat membingungkan.

Petra adalah seorang cowok yang sangat terkenal, di sekolah maupun luar sekolah. Dia lumayan ganteng, dan sebuah kelebihan yang nggak dimiliki banyak orang, suka membuat puisi cinta untuk cewek-cewek. Bayangkan, bagaimana para gadis tidak jatuh cinta padanya, dan mungkin inilah yang membuat Petra jadi dekat dengan gadis-gadis itu.Tentu saja Lisa nggak mau punya pacar yang seperti itu. Siapa yang bisa memberi jaminan kalau nanti kedepannya Petra nggak akan seperti itu? Apalagi pilihannya bukan hanya Petra, ada juga Dicky.

Nggak jauh beda dengan Petra, Dicky juga salah satu cowok yang terkenal, ganteng, pintar. Tapi perbedaannya, Dicky nggak seperti Petra. Dia tahu bahwa gadis yang butuhkan adalah Lisa, dan karena itu dia nggak berusaha dekat dengan cewek lain, walaupun penggemarnya juga sangat banyak.

Perbedaan lainnya ada pada Lisa. Kalau ditanya sungguh-sungguh, dia akan memilih Petra. Mereka sudah mengenal sejak kecil, jadi sudah benar-benar kenal dari hati ke hati, nggak sekedar perasaan yang kosong. Dicky baru ditemuinya saat akhir SMP dan walaupun mereka dekat dan Lisa bisa dibilang menyukai Dicky, tapi Dicky belum 'memenangkan' jiwa Lisa saat Dicky meminta Lisa menjadi gadisnya.

Saat Lisa akhirnya harus memilih, Lisa akhirnya memilih berdasarkan pikiran otaknya, dia memilih Dicky. Dicky yang sudah menunjukkan janjinya dengan selalu berada dekat Lisa, bukannya Petra yang sebenarnya lebih dia sayangi, tapi masih pula dekat dengan banyak gadis lain.

Waktu Petra tahu akan hal ini, dia sangat terpukul. Dia berkali-kali berusaha untuk meyakinkan Lisa untuk memikirkan ulang pilihannya, tapi Lisa tidak pernah mengiraukkannya. Bukan karena tidak mau, tapi dia tahu, jika terus dipikirkan, maka dia akan memilih berbeda. Tapi sekali lagi, orang tua dan sahabatnya pun lebih memilih Dicky yang dari sekarang saja sudah menghargai apa yang namanya kasih sayang antara 2 orang.

Tapi hari ini, saat Lisa mengingat lagi, rasanya semuanya sia-sia. Saat melihat Petra terbaring begini, ingin Lisa memeluk dan menularkan sebagian kekuatan dan kesehatannya pada Petra. Ingin rasanya Lisa mencari dan menemukan orang yang telah menabrak Petra dalam kecelakaan ini, yang sudah menghancurkan Petra. Karena baru kali ini dia mengakui pada dirinya sendiri, bukan Dicky yang dia inginkan berada di sampingnya, tapi Petra.

"Lis, kamu dicari sama Petra," suara Dicky tiba-tiba berbisik pelan di samping telinga Lisa, membuat dia terlompat kaget. "Petra, sadar?" tanya Lisa dengan suara yang begitu bergetar. "Iya, tapi kata dokter, ini mungkin untuk yang terakhir kali," kata Dicky sambil mengelap pipi Lisa yang basah.

Lisa memandang Dicky dengan tatapan yang sendu, “Maaf ya,” kata Lisa berbisik. “Nggak papa,” jawab Dicky pelan.

Di satu sisi, ini meremukkan hati Dicky sampai pada kepingan terkecil. Melihat Lisa seperti ini, artinya hati Lisa sebenarnya masih ingin memilih Petra. Tapi hatinya sudah memutuskan, apapun yang terjadi dia akan tetap ada di sisi Lisa.

Dicky lalu mengajak Lisa masuk ke ruang ICU. Mata Petra terbuka, tapi begitu rapuh dan lemah. Lisa langsung menangis hebat, dan berlari ke samping Petra, ingin memeluknya, tapi nggak mau menyakitinya. Petra mengisyaratkan agar Lisa mendekat, dan dengan suara bisikan terpelan, dia membisikkan serangkaian kata-kata perpisahan. Tidak ada yang bisa mendengar, karena bahkan mungkin kata-kata itu diucapkan separuh suara dan separuh lewat hati.

"Lisa, maaf kalau selama ini aku nggak bisa seperti yang kamu harapkan. Maaf kalau setelah ini aku nggak bisa ada bareng kamu. Tapi aku mau kasih tahu kamu satu rahasia, semua puisi cinta yang pernah aku kasih ke cewek-cewek itu, semuanya sebenarnya buat kamu. Walaupun kita deket dan aku juga pernah nembak kamu, sebenernya aku ngerasa nggak cukup baik buat kamu, makanya aku dekat sama mereka. Tapi, ijinin aku untuk kasih puisi terakhir aku, benar-benar untuk kamu, di depan kamu.


"Kepadamu, matahariku,

Aku tidak sempurna
Aku terjatuh dan terluka
Aku tidak patut, tidak layak
Mencintamu, matahari

Tapi tak bisa kuhilangkan
Sinarmu dari hatiku
Tak bisa kulupakan
Tatapan dan senyumanmu

Matahariku,
Maafkan aku karena aku mencintaimu,
Dan terus ampunilah aku,
Karena ada satu hal yang pasti

Sampai di ujung nafasku
Dengan segenap kekuatanku
Aku akan tetap mencintaimu."

Dengan nafas tersenggal, Petra menyelesaikan puisinya, kali ini tepat didengarkan oleh orang yang sebenarnya menerima segala puisi-puisinya. “Terima kasih,” bisik Lisa. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa Lisa keluarkan, tapi kata-kata ini bergema dihatinya, jangan meminta maaf, karena aku juga mencintaimu.

Tak lama kemudian, Petra memejamkan matanya, diiringi raungan tangis Lisa yang mengisi kekosongan ruangan itu. Dicky berusaha menenangkan Lisa, memeluknya. Sementara Lisa terus terisak dalam pelukan Dicky, Lisa bisa merasakan separuh hatinya hilang pergi.


----

sedih yaa?
maaaffff :(
komen pls :)

p.s.: new ava :D

0 comments:

Post a Comment