Aku lantas duduk, dengan mata yang
sedikit disipitkan karena menghadap matahari dan senyum kecil yang tidak
hilang-hilang.
Hmmm..
Aku menyesap sedikit frapucinno-ku,
lalu memandang dunia di sekelilingku. Manusia-manusia dengan berbagai ukuran
gelas kopi di tangan, beberapa sambil duduk seperti aku, beberapa membeli dan
keluar lagi. Hampir semua membawa koper, atau setidaknya tas besar.
Typical airport coffee place.
Kukeluarkan bukuku dan mulai
membaca. Kakiku bergoyang-goyang, terpacu kafein kopi dan the butterflies in
my tummy. 30 menit, kubiarkan pikiranku larut dalam dunia bukuku...
Trrrt! Alarm HPku berbunyi. Aku
tersadar dari duniaku. Aku mengecek jam, 15 menit sebelum aku harus pergi.
Aku menggigit bibir, menyembunyikan senyum yang merekah.
Sekali lagi aku mengangkat kepalaku
memandang coffee shop ini. Beberapa orang masih duduk di spot yang sama.
Sebagian sudah beralih.
Untuk sesaat, aku tertegun. Ini
yang aku suka dari bandara. Datang dan pergi. Kesementaraan.
Sekali lagi, sebuah efek elektrik
mengejutkan otakku, menyadarkanku dari lamunan. Mengambil satu dua nafas,
benar-benar meresapi kenyataan secara utuh.
Kesementaraan di bandara ini sempat
membuatku berpikir. Berapa banyak orang di bandara yang mencintainya seperti
aku? Atau justru malah mereka membencinya? Mungkin karena bisingnya, atau karena
kata-kata 'sampai jumpa' mereka tak tahu kapan akan di balas dengan 'halo'
lagi.
Semoga mereka akan menemukan
pencerahan seperti aku.
Ya, biasa aku suntuk saat harus
menunggu di bandara. Aku memang biasa berada di bandara untuk pergi.
Semakin jauh setiap kali. Tapi kali ini berbeda. Hari ini aku mendapatkan
pencerahan. Aku paham, meski jalanku berputar-putar, suatu hari berada di
bandara berarti aku akan kembali.
Like this time. These cliché book
and coffee will lead me home.
-*^^*-
0 comments:
Post a Comment