Saturday, October 26, 2013

BasedOnHeart Part 5

Finally! Based On Heart part 5 is up! :D

enjoy!

 ------


"Halo? Felicia? Nanti sore kamu bisa datang ke rumah? Oh nanti malam juga nggak apa-apa. Emmm soal itu nanti aja aku kasih tahu kala kamu udah di sini. Iya, makasih ya."

-*^^*-


"Hai! Maaf yaa jam 7 begini baru bisa ke sini. Banyak kerjaan di kantor, nih." Felicia akhirnya datang juga. Oke, sepertinya dia belum makan, jadi biar dia makan dulu, lalu baru aku bertanya.

"Loh, om tante mana?" tanyanya. Aku mengangkat bahu, "Lagi pergi, mungkin urusan kantor. Kamu mau makan dulu kan ?"

-*^^*-

"So, mau tanya apa nih?" Felicia bertanya setelah menyelesaikan makan malamnya, dan aku segera mengambil album yang dari tadi membuat aku penasaran. Segera juga aku buka halaman yang satu itu, yang dari tadi aku berusaha pelajari dengan giat, berusaha mengingat barang sesuatu dari hari itu.

Segera aku tunjuk wajah orang satu itu.

"Dia namanya siapa ya, Fel?"

Aku melihat kedua alis Felicia terangkat, "Oh, dia namanya Alex."

Aku mengangguk. "Dia ikut sebagai...?"

Felicia menghembuskan nafas berat, "Well, dia anggota 'keluarga' sih, bukan karyawan.

"Anggota keluarga siapa?" tanyaku.

"Kita."

"Oh ya? Kakakmu?"

"Bukan, sebenernya dia temen kita. Kesempatan ke Perancis kan nggak sering, dan itu impian dia sejak kecil untuk ke sana, eh! Itu mimpi kita semua." Felicia tersenyum lalu melanjutkan, "Dia street photographer. Jadi kita menawarkan dia untuk ikut kita."

Dari cerita itu, aku menangkap kalau kami bertiga sangat dekat. "Tapi kok selama ini dia belum pernah menjenguk aku ya?"

Felicia menelan ludah, "Hmmm... Sebenernya, waktu kamu kecelakaan, kamu nggak sendirian, San."

Aku terdiam, lalu tersentak. Apa? Aku nggak sendirian? Tapi bukan itu yang diceritakan ke aku!
 "Siapa yang menyetir? Aku atau dia?"

"Dia."


Ada satu perasaan yang muncul, bingung, lalu marah, lalu kasihan. Apa dia ngerasa bersalah? Ataukah dia marah pada dirinya sendiri, atau padaku?

"Aku mau ketemu dia."

Felicia kaget mendengar pernyataan lugasku, dan tampak berpikir lagi. "Aku bisa sih aturkan waktu untuk kalian ketemuan. Tapi.... Cuma kita bertiga yang boleh tahu tentang pertemuan ini."

Kembali aku tak mengerti perkataan Felicia. "Papa Mama marah sama dia? Melarang dia ketemu aku?"

Felicia cepat-cepat menggeleng, "Mereka cuma nggak mau kamu trauma."

Aku mempertimbangkan alasan itu, dan aku yakin akan satu hal. "Nggak masalah."

Senyum Felicia mengembang sangat cepat dan dia seperti nggak sabar untuk mengaturkan pertemuan kami. Perasaanku sendiri merasa seperti anak kecil yang diam-diam makan permen. Seperti remaja yang backstreet. Rahasia tapi menyenangkan. Dan aku siap.

0 comments:

Post a Comment