Wednesday, July 25, 2012

HUJAN

still remember my fascination of RAIN?
ini salah satu karya singkat yang kupersembahkan pada alam ciptaan-Nya, HUJAN :)

ENJOY :D

-*^^*-


HUJAN

Aku menengok ke luar jendela. Hm, awan semakin tebal dan udara semakin dingin. Langit semakin abu-abu tanda mendung. Suara Guntur mulai menggemuruh.

Ayolah, hujan, turunlah… Paling tidak gerimis, pintaku dalam hati. Seraya menyiapkan payung, aku beriman hujan akan segera turun.

Hujan, otakku mengingat, selalu membawa hal-hal baik. Kenapa?

Pertama, hujan mengingatkanku pada kampung halamanku, nun jauh di Indonesia. Waktu kecil sampai remaja, aku selalu menikmati tetesan air hujan, tanpa payung atau jas hujan,tanpa alas kaki yang layak. Yep, hanya dengan berpakaian seadanya, bermain di bawah langit yang hujan, di atas lekukan bukit dan lembah di kampung halamanku.


Kedua, hujan mengingatkanku pada Ayah dan Bunda yang masih tinggal di kampung, mereka yang
setia mendoakan aku. Saat hujan tiba di malam hari, Bunda selalu tidur di kamarku. Apalagi kalau hujan bertambah lebat menjadi badai.  Selalu, tak pernah terlewatkan. Sampai-sampai, kadang Ayah ikut pindah ke kamarku untuk menemani aku dan Bunda.

Juga, setiap kali hujan turun, Bunda selalu menuangkan segelas susu hangat dan menyajikan sepiring pisang goreng panas untukku. “Tanda cinta dari Bunda di hari hujan,” katanya selalu.



Yang ketiga?

Haha! Sedikit membuat pipiku terasa panas. Mari aku ceritakan…
Hari itu hujan deras,  ketika aku bertemu dengan Dika. Dika adalah pria yang istimewa. Bukan, dia bukan pacarku! Walau iya, jujur aku memang menyukainya. Mungkin kalau semesta menentukan kami berjodoh, kami akan bersatu.

Ehm, anyway, waktu itu hujan mulai turun, dan aku masih menunggu jemputan Ayah. Lama, tak kunjung tiba. Tapi lalu dia datang membawa payung, dan membagi payungnya tepat di saat hujan mulai deras. Bukan, ini bukan cerita tentang cinta pada pandangan pertama, karena justru sejak hari itu, kami sempat membenci dan bermusuhan. 

Tapi semua orang tahu kan, kalau benci dan cinta itu berbedanya tipis?

Yes!!

Aku bersorak dalam hati. Tetes pertama air hujan turun dan membasahi jendela bis yang kunaiki ini.
Aku segera menekan tombol bel dan bersiap berdiri di dekat pintu. Bis mulai menepi ke bus stop 
terdekat. Saat pintu membuka, aku melangkahkan kaki keluar sambil mendekatkan kartu pembayaran transportasi ke mesin pembayaran, seperti yang aku lakukan saat masuk.


Aku lalu membuka payung lipat kecilku, dan mulai berjalan di bawah langit yang hujan, melangkahkan kaki ke asrama yang masih 2 blok lagi. Mulai mengembangkan senyuman, karena akhirnya aku bisa merasakan sekali lagi hujan.

0 comments:

Post a Comment