Tuesday, December 6, 2011

Kakak

Fiction, terinspirasi dari seorang guru :)

-*^^*-


KAKAK

Kakak,
Kakak apa kabar? Kakak baik-baik aja, kan?
Adek di sini baik-baik, Kak.

Kakak,
Kakak lagi apa? Kakak senang nggak di sana? Kata Ayah sama Bunda, Kakak pasti senang di sana.

Kakak,
Adek lagi kangen, kangen sekali sama Kakak. Udah lama ya, Kak, kita nggak ketemu. Ayah dan Bunda juga kangen sama Kakak.

Kakak,
Di sini lagi hujan. Adek jadi ingat Kakak. Kita kan sering hujan-hujanan dulu. Sampai di marahi Bunda terus. Tapi pasti besoknya kita hujan-hujanan lagi. Iya kan, Kak?

Kakak,
Adek kangen sama kakak. Adek pengen nyusul Kakak, biar bisa bareng sama Kakak. Tapi pasti nggak boleh sama Ayah, sama Bunda. Lagipula, Adek juga kasihan, nanti Ayah sama Bunda sendirian.

Kakak,
Sayang ya, di sana nggak ada telepon. Kalo ada kan Adek bisa telepon Kakak terus. Nanti kita bisa ngobrol, ya kan Kak?

Kakak,
Tadi pagi Adek habis ikut lomba nyanyi. Juara 2 lho Kak. Nanti kalau kita ketemu, Adek nyanyi buat Kakak, ya.


Kakak,
Sayang ya, kita belum bisa ketemu. Padahal Adek pengen sekali ketemu Kakak. Nanti ya, Kak. Kalau sudah waktunya kita pasti ketemu, begitu kata Bunda.

Kakak,
Sekian dulu ya surat dari Adek. Kapan-kapan Adek sambung lagi. Nggak apa-apa kalau Kakak nggak sempat membalas, yang penting dibaca ya, Kak.

-Peluk cium dari Adek buat Kakak-

-*^^*-

Bunda membaca surat di meja belajar Adek. Air mata tidak henti menetes. Bunda membaca secarik kertas lain, Bunda, nanti tolong suratnya di kirimkan ke Kakak ya.
Akhirnya surat ini akan berkumpul dengan setumpuk surat lainnya di kotak kayu kecil di bawah tempat tidurnya, setumpuk surat yang ditulis oleh Adek, yang seharusnya ia kirimkan ke Surga.

0 comments:

Post a Comment