ini cuma terinspirasi depannya sih, hehe... lanjutannya mengarang :P
semoga suka :)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Seusai ibadah, seorang cowok mendekati Helen. “Len, tar ikut gue jalan-jalan yuk.” Ajak Leo. “Mmm, emang mo ke mana, Yo?” Tanya Helen balik. “Ada aja. Ntar jam 3 gue jemput di rumah lo.” Leo membalas penuh teka-teki. Dia lalu melambaikan tangan, dan berlari keluar, ninggalin Helen yang bingung sendirian.
Sore itu..
Untung aja mama Helen mengijikan Helen buat pergi bareng Leo. Keluarga mereka saling kenal, jadi mama Helen santai saja kalo Helen pergi bersama Leo.
Jam putih di tangan Helen menunjukkan pukul 14.55, tinggal 5 menit sebelum Leo dateng, pikirnya. Dia memilih untuk melanjutkan membaca komik yang dari tadi dia baca. Tapi belum sempat baca banyak, ada suara klakson mobil di depan rumah. “Helen! Itu Leo udah datang!” mama memanggilnya. Helen , yang sebenernya agak males buat pergi ke mana-mana hari ini, memasukkan komik k etas yang sudah tergantung di pundaknya, dan beranjak ke pintu di mana mama menunggunya. “Ma, Helen pergi dulu ya.” Helen mencium pipi mamanya, dan menuju ke mobil. Leo pun keluar dari mobil. “Udah siap nih?” Tanya Leo ke Helen. “Mmm, udah.” Jawabnya singkat. Helen lalu nengok ke mobil, dan agak kaget. “Loh, keluarga lo ikut juga?” “Iya, nggak papa kan?” Leo ngejawab dengan santai. Helen langsung mati gaya. “Mmm, kalo acara keluarga gue nggak usah diajak kali. Kan nggak enak gue ikut-ikutan gini.” “Udah, nggak papa kok! Orang mama yang nyuruh gue ngajak elo.” Helen nggak punya pilihan. “Emang kita mo ke mana, Yo?”
Tepat saat itu, kaca mobil terbuka. Mama Leo mengajak mereka cepat-cepat masuk. Leo langsung berjalan dan membukakan pintu, tanpa menjawab pertanyaannya. Coba kalo nggak ada keluarganya, Helen pasti udah mukul Leo karena nggak jawab pertanyaannya. Tapi dia tetep masuk, dan duduk di sebelah adik perempuan Leo yang masih berumur 4 tahun, namanya Flo. Dan Leo duduk di sisi mobil satunya.
“Halo, Helen. Gimana kabar kamu sama Mama kamu?” mama Leo memulai pembicaraan. “Baik kok, tante.” Helen menjawab sopan. Lalu dia memberanikan diri untuk tanya. “Mm, tante, ini kita mau ke mana ya?”
“Loh, Leo belum kasi tau yah? Kita mau ke Bandung, nyobain restoran punya temennya om. Tapi sebelumnya muter-muter dulu soalnya reservation dapetnya agak malem. Nggak papa kan?” Mama Leo yang ramah menjelaskan. Helen cuma mengangguk.
Sepanjang sekitar 2,5 jam perjalanan, Helen mengamati Flo yang asik main HPnya Leo. Sambil sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan Leo, mama atau papa Leo, dan Flo sendiri. Dia juga melihat-lihat mobil-mobil lain yang agak beradu kecepatan di jalan tol ini.
Sebelum bener-bener sampai di Bandung, papa Leo mendapat sms dari si pemilik restoran. Meminta mereka datang lebih awal untuk ngobrol dulu. Akhirnya acara jalan-jalan dibatalkan dan mereka langsung mengarah ke restoran. Sampai di sana, Om Theo, pemilik restoran yang mewah banget ini sudah menunggu bersama istri dan dua putranya. Yang pertama seumuran dengan Leo dan dia. Sedangkan yang kecil lebih muda setahun dari Flo.
Setelah saling menyapa, papa mama Leo langsung di ajak masuk ke ruangan kantor Om Theo. Flo juga diajak masuk untuk main bareng anak bungsu Om Theo. Tapi anak sulung Om Theo, Mozes, mengajak Leo ikut dia ke rumahnya, yang berjarak beberapa rumah dari restoran. Tentu saja Helen juga di ajak oleh Leo.
Di rumahnya, Mozes ternyata naik ke lantai 2, masuk ke kamarnya terus mandi. Sedangkan Leo dan Helen (ternyata) diminta nemenin. Mereka lalu nunggu di bawah. Tapi Leo punya ide yang lebih bagus. Dia tiba-tiba menarik tangan Helen, dari ruang duduk mereka masuk, menuju ke tangga dan naik sekitar 3 tangga. Tangga yang terakhir membawa mereka ke ruangan olah raga besar. Leo, tetep memegang tangan Helen, berjalan ke sebuah pintu yang membuka ke arah balkon.
Begitu pintu dibuka, Helen langsung melihat pemandangan yang indah banget. Halaman belakang rumah ini adalah kebun yang luas banget, ada air mancur kecil, dan ada kolam ikan yang agak besar di sudut. Helen mengadah ke langit, dan rasanya damai banget. Banyak bintang yang terlihat kelap-kelip malam ini. Dan sekarang dia di sini, bersama Leo, yang omong-omong dari tadi ngeliatin Helen terus. Helen nggak bisa ngomong apa-apa dan terus terpaku ngeliatin Leo sambil tersenyum. Tanpa harus bicara-pun, keduanya tahu isi hati masing-masing. Leo pengen buat Helen seneng, dan sekarang Helen udah ngerasa seneng banget. Dia harap selamanya dia bisa ngerasaain perasaan yang dia alamin sekarang ini, saat dia ngeliat ke mata Leo yang juga lagi ngeliat dia.
-*^^*-
Mimpi apa ini? Gue sama Leo? Yang bener aja. Gue nggak deket sama dia. Bahkan sekarang ini kan gue lagi deketnya sama Bobby. Bisa banget ya gue mimpi kayak gini.
0 comments:
Post a Comment