-bingung mo dikasih judul apa, plus ceritanya agak ngalor ngidul. hehe~ hasil selama TO1.. enjoy deh ^^ kalo ada usul judul, feel free to comment :D -
Experience
Liburan kenaikan kelas..
1 minggu setelah pelepasan kelas 12,
Hari itu cerah..
Tapi sejujurnya badanku tidak begitu sehat..
Tapi tak apalah..
Pulang dari mall nanti aku bisa langsung istirahat, tohh aku tidak ada acara apa-apa malam nanti, pikirku..
“Lo mau makan dulu? Kayaknya elo agak pucet deh..” James memegang kedua pundakku dan melihatku dengan agak cemas. Yah, aku memang merasa agak pusing, tapi tidak lapar.
“Ahh, gue gak apa-apa kok, terserah elo aja. Kalo lo udah laper, ya makan dulu.” Aku berkata sekenanya.
Akhirnya dia mengajak aku duduk di sebuah meja di cafetaria depan mall.
Aku tahu sebenarnya dia pasti belum lapar. Ini kan baru 11.30. Tapi ia sangat cemas dengan keadaanku (bukan Ge-eR loh!), dan aku sangat bersyukur dia akhirnya mengajakku duduk karena aku bener-bener lemas.
“Mmm, kalo abis ini kita langsung pulang gimana?” tanyaku agak ragu-ragu.
Aku merasa sedikit demam.
Oke, nggak sedikit, aku merasa demam tinggi.
“Lo beneran sakit kan? Elo demam?” James memegang tanganku, memeriksa temperatur tubuhku.
Aku hanya mengangguk perlahan.
“Ya udah, lo makan dulu juga, abis ini gue anter pulang.” James melanjutkan.
Aku benar-benar menyesal.. kenapa aku harus demam hari itu?
Padahal kan sebenarnya yang ngajakin pergi itu aku, kok jadi aku yang cepet-cepet mau pulang sih?
“James, lo nggak marah kan?” tanyaku sedikit takut.
“Kalo emang lo sakit, kamu harusnya istirahat di rumah.”
”Tapi di rumah enggak ada siapa-siapa..”
“Ntar gue temenin deh.. Yang penting elo istirahat, Pris...”
James memang baik.. Dia nggak pernah marah..
Sampai di rumah, aku bener-bener udah gak kuat jalan. Sampai-sampai aku harus berpegangan pada dinding rumah untuk menyangga tubuhku.
“Lo mau di kamar ato di sini aja, Pris?”
“Di sini aja, nggak apa-apa.” Kataku sembari duduk di sofa.
Perutku benar-benar nggak enak, terutama habis makan tadi.
“Non Priska mau minum teh ndak? Saya bikinin ya.” Suara lugu pembantu di rumahku, Bi Ijah menawarkan membuatku agak tersadar.
“Boleh, Bi. Makasih..” jawabku lirih.
Ternyata, James langsung ke ruang tengah dan menelpon orang tuaku.
Karena papa dan mama gak bisa langsung pulang, mereka meminta Bi Ijah menelpon dokter langganan keluarga kami.
“Lo rasanya gimana, Pris? Mana yang gak enak?” James tidak bisa menyembunyikan paniknya. Aku memang bisa dibilang jarang sakit, juga menurut dokter daya tahan tubuhku agak kurang, makanya nggak boleh sakit.
“Cuma pusing kok, gak batuk ato apa, paling maag sedikit..” jawabku sekenanya. Bener-bener rasanya setengah sadar, untung James menyadari nada itu dalam kalimatku.
Akhirnya dokter dateng juga.
Tapi dokter menyarankan cek darah.
Aku paling takut suntikan! Yang juga digunakan kalo cek darah!
“Kebetulan saya sedang bersama seorang teman dari laboratorium. Mau di cek darah sekalian?” tanya dokter.
Aku menggeleng takut sambil melihat James yang kelihatan tenang-tenang saja.
“Nggak sakit kok,” Cuma itu yang dia bisa bilang. Iya, dia kan enggak ngerasain!
Tapi aku mau juga. Toh aku penasaran, aku sakit apa. Beda kaya biasanya, ataukah Cuma perasaanku?
Sepanjang dokter menyiapkan alatnya dan membersihkan tanganku, aku Cuma menggenggam erat jaket tebal James. “Enggak apa-apa.. Jangan takut gitu dong..” godanya.
Lalu datanglah saat yang mendebarkan itu.
“AAAA!!” teriakku refleks. Gak terlalu sakit sih, tapi tetep sakit.
Dengan sigap dokter mencegahku lari menghindar, kalo enggak, wah bisa gawat tuh.
Dengan terpaksa aku tetap mempertahankan posisi dudukku dan menggenggam tangan James yang hangat.
Dia Cuma bisa ngelus-ngelus kepalaku, tapi udah nyaman kok! Hehe..
Gak terlalu lama, selesai juga prosesnya.
Ternyata ketakutanku itu berlebihan juga, ya? Pantes aja habis itu muka James kaya mau tertawa, tapi di tahan.
Dokter lalu pamit, dan aku diminta berbaring di kamar saja.
Rencanaku sekarang ingin ngobrol aja sama James, menggantikan acara jalan-jalan yang batal, tapi..
“Pris, udah bangun?” suara lembut mama membangunkanku.
“Ma, James mana?” aku langsung sadar kalau aku ketiduran! Jadi aku langsung mencarinya.
“Di tanyain malah langsung cari si James.” Gurau mama. “Lagi di kamar tamu. Agak kecapekan nungguin kamu jadi mama suru dia tiduran dan mandi dulu di sana.” Jawab mama dengan santai.
“Hasil lab-nya udah keluar, ma?” kataku setelah berusaha duduk dengan bersandar di bantal empuk besar yang ada di ranjangku.
“Hmm, sudah, tapi belum sampai, lagi dibaca dan mau dikirim dokter—“
“Pris! Elo udah baikan belom?” suara Mark yang mengebu-gebu mengagetkan kami. Mama sampai mengelus dada karena terlalu kaget. Orangnya cuma bisa nyengir lebar sebagai permintaan maaf yang gak tulus.
“Mark, adikmu itu lagi butuh istirahat, jadi jangan diganggu.” Mama menegur.
Aku memasang ekspresi penuh kemenangan dan ia sebaliknya.
Kelihatannya dia emang usil banget, kan?
Masuk aja butuh kehebohan.
Tapi dia sebenernya baik banget kok, tahu waktu dan bisa menghibur.. (emangnya badut?)
Hehe, maksudnya waktu seneng dia usil, tapi kalo kita sedih dia bisa menghibur dan menasihati kita..
Mark itu usianya lebih tua 2 tahun dari aku.
“Kalo mau gangguin, gangguin James aja sana!” aku ganti meledek.
“Huu.. Nanti James gue culik loh!” lanjut Mark dengan tampang misterius.
“Biarin! Kan markas lo di sini, jadi nggak apa-apa dong!”
Aku dan Mark memang sering bercanda sampai panjang lebar dan kadang sampai tengah malam juga. Habis, dia memang kakak yang baik, kok.
(Padahal dia itu alesan, bilangnya gak bisa kerjain tugas karena aku ngegangguin dia, padahal dianya aja yang gak mau bikin Pe-eR) haha..
Mama lalu keluar sangking asyiknya kami berdebat. Lalu masuk 1 orang lagi.
“Lo udah enggak apa-apa, Pris?” suaranya lembut banget!
“Masih agak pusing tapi nggak apa-apa kok.” Aku balas dengan nada sesehat mungkin.
“Cieh.. Yang gak mau bikin cowoknya khawatir!” Mark menimpali. Aku hanya melempar sebuah bantal besar ke arahnya yang mengusir dia keluar kamar.
“Maaf, yahh. Gue ketiduran.” Aku membuka percakapan.
James lalu duduk di tepi ranjangku, “Yang penting lo istirahat dulu. Ntar kalo ada apa-apa, bilang ya. Gue harus pulang dulu, udah dicari papa dan mama. Nanti malem gue ke sini lagi.”
Aku mengangguk.
“Pulangnya bentar lagi aja, ya?” aku memohon. Dengan James di sini, aku merasa baikan.
Kenapa ya? Karena aku merasa nyaman dekat dia, mungkin.
“Iya, aku di sini dulu sebentar lagi. Kamu masih mau tidur?”
Aku melirik jam tangan pemberian James bergambar Hello Kitty. Baru jam 2.30.
Aku lalu mengangguk.
Toh dia mau pergi juga, asyikan tidur. Nanti waktu bangun, dia udah dateng lagi!
“Ya udah gue temenin.” Kata James sambil menarikkan selimutku.
Lalu dia duduk di kursi di samping tempat tidurku, dan wush! Aku langsung tidur.
Aku terbangun sore itu. Kulihat keluar jendela, sudah agak gelap. Aku meraih HP kesayanganku itu, kulihat jam menunjukkan pukul 5.30.
TRING!
Ada 1 pesan masuk. Ternyata dari James.
“Pris, sori gue belum bisa ke sana, mobilnya di pake papa. Elo istirahat aja ya, besok jangan ngapa-ngapain dulu, nanti sakit lagi. Besok sore gue samperin lagi. Oke?
Yah, kenapa dia nggak jadi ke sini? Kan bosen di rumah, paling cuma bisa ngomong-ngomong sama Mark. Semoga aja cerita lucu dia udah ada stok.
Mama lalu masuk sambil membawa test laboratorium.
“Menurut dokter, kamu nggak apa-apa. Cuma kecapekan aja. Mungkin karena sebulan terakhir kegiatan kamu penuh. Jadi kamu harus banyak istirahat, ya Pris.”
Aku mengangguk.
“Ma, kak Mark boleh ke sini nggak? Sepi nih.” Aku mohon dengan muka memelas.
Mama menirukan muka ku itu, sambil tertawa, dan aku hanya bisa tersipu. Sebagai anak perempuan paling kecil, aku memang termasuk manja. Hehehe...
Mama lalu keluar memanggil Mark.
Seperti yang diduga,
“PRISKAA! KENAPA NIH MANGGIL-MANGGIL GUE?”
Huh, sambutan Mark memang selalu heboh.
“Nggak kok.” Kataku pendek dengan muka sok innocent. Tapi lalu aku tertawa keras-keras melihat muka bingungnya.
Ia lalu mengambil bantal yang tadi kulempar sebagai balasan.
“Awas lo, Pris!” kata Mark dengan muka pura-pura ngambek.
“Idih! Ada yang ngambek. Sana ambilin gue pizza! 2 slice kayak biasa. Gue laper..” pintaku dengan sedikit memerintah dan penekanan pada keta terakhir. Hihihihi...
“Owalah.. jadi ini anak Cuma minta di ambilin pizza? Ckckck.” Kata Mark sambil geleng-geleng.
Aku hanya bisa tertawa.
“Ya udah deh, gue kan lagi baik. Tapi inget yah, lain kali lo harus beliin gue bakmi yang di depan sekolah! Titik!”
“Beres!” kataku dengan gaya hormat khas tentara.
Mie di depan sekolah adalah favorit Mark! Karena udah nggak sekolah alias kuliah, Mark jadi nggak bisa menikmati bakmi itu tiap hari. Alhasil, semester depan Mark pasti nitip bakmi berkali-kali. Segitu sukanya!
Tak lama, Mark keluar mengambil pizza untukku lengkap dengan saus tomat yang dibentuk hati, persis seperti yang biasa aku lakukan. Bedanya aku membuatnya dengan artistik, kalau dia hanya untuk mengejek kebiasaanku yang menurutnya aneh.
Karena memang sudah lapar, kedua potong pizza yang diambilkan Mark langsung habis dalam waktu singkat.
Walaupun kurus, sebenarnya makanku banyak juga, lho!
Setelah makan aku memanggil pembantuku untuk mrmbawa keluar piring kotor, dan membawakan susu cokelat dingin kesukaanku.
Tak lama kemudian ia membawa secangkir susu cokelat itu.
Pembantuku sudah cekatan membuat susuk cokelat karena hampir setiap pagi aku meminumnya, jadi tidak memerlukan waktu lama bagiya untuk membuatkan aku segelas lagi malam ini.
Lalu aku mengambil sebuah laptop putih silver dengan hiasan stiker ukiran warna pink milikku, lalu membawanya ke meja disampingku yang mempunyai bagian yang bisa ditarik sehingga aku bisa menikmati laptop dari ranjang tanpa harus memeganginya terus-terusan.
Akhirnya, aku mengarahkan kursor ke sebuah file.
Selama hampir 1 minggu ini, hanya 1 file itu yang selalu bisa membuat aku tertawa, mengenang teman-temanku, mengenang semua kejadian yang indah.
Sekarang ini aku mulai merasa suntuk dan bosan.
Sepertinya aku akan mulai menjelajah file itu.
Adakah yang mau ikut?
Aku mengambil kotak kacamataku dan memakainya.
Mematut diri sejenak di pantulan layar laptop dengan kacamata ber-frame tipis.
Nah, sekarang aku siap!
-*^^*-
Sore hari, 3 bulan sebelum kelulusan anak kelas 12..
“Yak, kepanitiaan untuk pelepasan kelas 12 sudah siap. Kepanitiaan akan dipegang bukan oleh OSIS tahun lalu, tapi OSIS yang baru!”
Riuh rendah anak-anak OSIS mendengar hal itu.
Lalu semua diam kembali.
“Kami, saya dan para pembina OSIS telah menetapkan satu nama anak kelas 10 untuk menjadi ketua panitia kita. Kami yakin dia mampu.”
Tepuk tangan sekali lagi memenuhi ruangan. Beberapa anak kelas 11 seakan senang karena akan terbebas dari tugas ketua panitia, namun beberapa menyayangkan kesempatan itu.
“Dan ketua panitia kita adalah, Priska!”
Aku langsung berdiri karena tidak percaya akan apa yang aku dengan.
“Priska? Aku?” tanyaku seperti orang ling-lung begitu.
“Iya, kamu, Priska,” kata Kak Tika ketua OSIS baru yang sekarang kelas 11.
“Kami percaya kamu bisa melakukan hal ini.”
Semua langsung memberi selamat padaku. Sedangkan aku?
Entahlah, senang, kaget, yang pasti aku bingung.
Tapi lama-lama aku juga senang bisa diberi kepercayaan untuk jadi panitia! Padahal aku masih anak baru. Tapi, kakak-kakak yang ada akan tetap membantu aku.
“Tugas pertama kamu, buat konsep untuk acara prom dan pelepasan!”
Ehm, bukan tugas yang mudah.
“Iya, kak.” Aku menyanggupi. Aku tidak bisa mundur, tentu saja.
-*^^*-
“MAMA! PAPA! KAK MARK!” teriakku bahagia begitu sampai di rumah.
Aku dan Mark memang nggak pulang bareng hari ini, karena dia lagi ujian dan pulang lebih awal, sedangkan aku ada rapat OSIS.
“Ribut banget sih? Emang kenapa?” tanya kak Mark yang lagi asik-asik dengerin musik di kamarnya. Ya ampun, apa sekeras itu suaraku? Kan dia kalo nyalain tape sampe volume terkeras!
“Iya, kenapa sih?” papa dan mama juga ikut bingung. Aku jadi salah tingkah sendiri.
“Aku dipilih jadi ketua panitia pelepasan sama prom kelas 12!” teriakku bahagia.
Mama dan papa juga bangga, tak terkecuali kak Mark. Tapi dia malah mengacak-acak rambutku sebagai tanda ikut senang, bukan memberi selamat seperti mama papa. Tapi aku tetap senang.
Setelah ‘perayaan’ selesai, aku masuk ke kamar dan segera mandi.
Air dingin yang segar langsung menghapus lelah dari tubuhku.
Setelah itu, aku duduk di depan laptop, memikirkan konsep pelepasan dan prom night.
Aku terus berpikir, ingin membuat yang unik dan berkesan, juga berarti.
-*^^*-
“Kak, coba deh liat ini.” Kataku sambil menyodorkan selembar kertas berisi ideku tentang prom dan pelepasan.
“Hmmm, boleh juga. Tapi susah loh buat bikin ginian. Lagipula butuh biaya yang mahal.” Kata Mark sambil mempelajari kertas itu.
“Maka itu aku pengen coba, kalo jadi kan keren.” Balasku dengan sedikit perasaan bangga di hati.
“Iya deh, kakaknya siapa dulu dong?” Hihi, kakakku ingin ikut bangga.
Aku hanya tersenyum lebar, setengah nyengir.
PELEPASAN: Candy Land
Dress Code: warna-warna pastel-muda
Acara: Pelepasan anak-anak kelas 12
Deskripsi: acara sore hari, di lapangan sekolah yang di dekor dengan suasana anak-anak, balon, dll. Tujuannya mengingatkan orang tua, tamu, dan siswa-siswi kalau mereka bukan lagi anak kecil, sekaligus sedikit nostalgia masa kecil.
Konsumsi: makanan ringan, minuman ringan, dessert
PERPISAHAN: Black n’ White party
Dress Code: dress, kemeja, baju semi-formal yang cool, anak muda, tapi hitam-putih..
Acara: perpisahan anak-anak kelas 12 dengan teman dan guru
Deskripsi: malam hari, dinner lalu acara-acara kaleidoskop, movie, persembahan-persembahan kelas 12 utk kelas 12, penghargaan-penghargaan, dll, tempat di lapangan sekolah dengan lampu-lampu hias sehingga lapangan lebih terang.
Konsumsi: Set makan malam, minuman ringan sampai acara selesai.
-*^^*-
“Kak Tika, ini rancangan acara yang saya buat, tolong dikasih tahu mana yang kurang ya, Kak.” Kataku keesokan harinya sambil menyerahkan kertas berisi pemikiranku semalam. “Wah, cepet banget, Pris. Ini bisa mempercepat tugas tim kita juga.” Aku tersenyum. Semoga panitia juga udah siap kerja!
Minggu-minggu berlalu, dan pekerjaan semakin banyak. Sudah ada beberapa hal yang beres, tapi beberapa lain baru akan dikerjakan, seperti dekor, konsumsi, dan lainnya. Anggota OSIS yang mengurus dekor dan makanan dari kelas 11, mungkin mereka udah lebih tau makanan n dekor yang cocok untuk event-event sekolah. Makanan yang dipilih enak-enak banget! Untuk pelepasan, makanan yang disuguhkan ringan, seperti kue-kue kering, buah segar, manisan buah, dan snack lain. Sedangkan untuk perpisahan, lebih spektakuler! Dibuka dengan sup cream ayam, dilanjutkan dengan 3 menu makanan, baru dessert pudding dengan ice cream.. Yum! Kalau dekor, aku udah liat hasil rancangan dekornya. Menarik, black n white nya classic, tapi nggak ngebosenin, candy land-nya dapet banget, bikin kita serasa ke dunia lain! Hhihi... Kreatif! Ganteng pulaaa orangnya.. ^^ loh? kok jadi muji-muji dia sih? Tapi emang baik kokk orangnya. Perhatian tapi nggak over. Waktu kemaren aku kecapekan, dia beliin es teh manis. Haha! Enggak banget sih ceritaku? Omong-omong namanya James.
1 minggu sebelum acara! Aku bertambah panik. Memang tes udah lewat, dan aku naik kelas dengan nilai yang lumayan, hehe. Tapi persiapan juga harus semakin bagus! Semoga semua pengisi acara bisa bertugas dengan baik.
Tiba-tiba Hpku berbunyi. Dari James.
“haloo?”
“Priska?” “Iya, ni Priska. Kenapa ya?”
“Ni gue, James. Pris, genset yang kita sewa buat minggu depan nggak bisa disewain gara-gara rusak! Ini gue baru dikasih tahu dari persewaannya. Terus gue juga udah nyari dari persewaan lain, semua udah disewa habis. Gimana nih menurut elo?”
Nada suaranya panik! Tapi tetep tenang. Namun aku nyaris nggak memperhatikan hal itu.
1 yang ada di pikiranku.
Mimpi buruk jadi kenyataan.
“Mmm, gimana ya?? Aduh gue juga nggak tau, James. Gue bingung banget, mana konsumsi juga ada masalah! Lo coba cari pinjeman genset ke orang tua bisa nggak James?”
“Gue coba deh. BTW, bawa santai ajalah, kalo nggak ada masalah nggak seru dong. Ev’rything will be alright. Oke deh, thanks ya.”
Lalu telepon terputus.
Baru aku sadar betapa cool-nya orang itu.
Dan emang bener, masalah tambah bikin aku pengalaman nantinya. Bawa enjoy deh J
Tapi itu bukan the only surprise.
Ada yang lebih besar,
Hpku bunyi lagi sekitar 1 jam kemudian. Dari orang yang sama.
“Gimana?” tanyaku menjawab telepon pada deringan pertama.
“Usulan lo manjur juga, hehe. Udah dapet nih! Tapi ngebawanya ke sekolah butuh pinjem pick-up.”
Sekolah memang nggak terlalu mikir buat beli genset dan inilah repotnya.
“Ntar gue pinjemin pick-up deh. Ada yang laen?” aku bertanya lagi. Memang ada seorang anggota OSIS lain yang ortu’nya punya pick-up dan bisa dipinjam.
“Lo lagi sibuk nggak?” dia menjawab pertanyaanku singkat.
“Mmmm, nggak juga.” Kataku seperlunya.
“Elo mau nggak nganggep gue jadi kakak lo? Kayak kakak angkat gitu?”
Hah? Apa?
“Iya, kayak elo jadi adik gue gitu.” “Emang kenapa?”
“Satu, gue anak tunggal, gue pengen aja gitu punya sodara, walao nggak beneran. Dua, elo tuh nggak ngebosenin banget. Tapi sisi cewek lo ada juga. Lama-lama gue, mm, sayang sama elo.”
Simple..
“Boleh.” Jawabku singkat.
“Thanks ya..” aku bisa merasakan dia tersenyum di seberang sama, seperti yang sedang aku lakukan.
“No Problem..”
-*^^*-
Hari 1, Pelepasan.
Prosesi masuk, sukses! Pembukaan, sukses! Kebaktian, sukses! Yang paling mendebarkan, pengumuman kelulusan! Sebelumnya ada beberapa penampilan, kesan-pesan, dan lain sebagainya. Ketikan hasil diumumkan, semua murid girang! Banyak yang melompat keluar dari kursi masing-masing. Ya, semua lulus dengan nilai yang bagus banget! Acara ditutup dengan suasana joyful banget.
Orang tua kelihatan puas dengan acara ini. Semua juga mengagumi konsep acaranya.
Sukses!
Hari 2, perpisahan.
Semua hadirin diharapin buat tampil semi formal. Aku memilih mengikalkan sedikit rambut lurusku ini. Make-up tipis udah cukup. Gaun putih selutut dan sepatu low-heels hitam menjadi pilihanku.
Malam hari, aku berangkat sebelum Mark. Yep, Mark juga bakal dateng, bahkan ini perayaan dia.
Panitia mengatur beberapa hal sebelum tamu dateng. Semua berjalan baik juga, seperti kemarin. Porsi makanan nggak terlalu besar tapi cukup mengenyangkan. Penghargaan diberikan ke 20 orang dari 130 siwa. Mark masuk 3 besar! ^^ bangga juga sama kakakku.
Seluruh acara udah selesai, saatnya dance to the top! Tentu saja, nggak pake mabuk dll. Bikin males aja kalo itu!
Dance lucu-lucuan, so sweet, sambil ngobrol dan santai.
Ketika aku lagi menikmati pemandangan orang yang enjoy, ada tangan yang terulur. “Shall we?” tanya yang punya tangan. Aku hanya tersenyum menyambut uluran tangan itu. James mengajakku menikmati lagu dan musik lebih lagi. Dan aku menikmatinya. “Selamat ya, acara lo sukses 2 hari ini.” Kata James membuka percakapan. “kalo nggak ada sie dekor, nggak bakalan seru juga..” aku membalas pujiannya. Kami sama-sama tertawa. 5 lagu abis, kami sama-sama capek, capek ketawa sebenernya. Lalu kami duduk bersama anak OSIS lain yang pada lahap menikmati hidangan, karena tadi belum sempat makan.
Nggak lama, ada tangan lain terulur. Tapi aku pura-pura buang muka. Diapun memasang muka memelas yang biasa aku pasang. Hhihi! Aku nggak tahan, dan memberi tanda ke James aku akan pergi sebentar.
Mark cepat-cepat menarikku ke area dance. Kami menikmati 4 lagu kurang-lebih.
Sama-sama ejek-ejekkan dan obrolan ala kakak adik. 1 yang jarang kami lakukan, percakapan serius!
“Gue nggak nyangka adek gue secantik n sepinter ini. Sampe banyak temen-temen gua pangling ngeliat elo, padahal kan nggak make-up banyak. Pada mau dikenalin sama elo, tapi gue bilang udah telat, dia keburu ada yang punya! Hehe, padahal yang punya kan gue yah? Hahaha. Terus acara ini, temen-temen gue juga seneng. Temanya pas banget 2 hari ini. Kata mereka yang ngatur hebat bangetm gue bilang lagi ‘si Cantik yang ngatur’, langsung deh pada pengen jadi adik iper gue. Hehehe.. ” Aku tersipu mendengar hal itu. Ada-ada saja anak kelas 12! “Adeknya siapa dulu dong?” tanyaku. Mark membalasnya dengan tertawa cukup keras. Tapi tentu saja nggak ada yang denger kecuali aku n dia, karena suasana sangat teramat rame sekali. Hehe, nggak efektif banget yah. Pokoknya rame!
Malam udah melewati puncaknya, ketika kami panitia bisa pulang. James yang nganter aku pulang. Aku udah bilang ikut Mark aja, tapi dia bersikeras. Ya udah deh, dia yang minta, skali-sekali diturutin. James emang cowok yang gentle banget, n kakak yang baik banget.
-*^^*-
Apa hubungan cerita tadi dengan folder yang kujelajahi?
Di folder itu tersimpan diari, catatan, arsip penting, foto, video, data, dan macem-macem seputar pelepasan n perpisahan kemarin.
2 acara yang membuat aku bangga banget, teamwork yang solid berhasil kami buat dan berhasil membuat kami sukses.
“Priska,” mama memanggil dari balik pintu lalu membuka pintu.
“Hasilnya nggak papa. Mungkin kamu kecapekan.” Mama melanjutkan.
“Bagus deh, ma. Iya mungkin kecapekan gara-gara minggu lalu.” Ujarku.
1 lagi,
Kalo aku nggak jadi ketua panitia, mungkin aku nggak bakal ketemu James, kakak angkatku J
Si cowok cool yang loveable banget.
Hihihi
Dan aku nggak bakal punya tambahan 1 kenangan di malem perpisahan bareng Mark kalo nggak jadi ketua panitia. Yang bikin Mark bangga.
jadi ketua panitia susah banget,,
musti mikir ini dan itu..
tapi dengan gini aku jadi dapet pengalaman" baru,,
:D